Minggu, 25 Maret 2012

PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN

Setiap fase atau periode perkembangan pada dasarnya selalu bertalian erat dengan periode perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan kesatuan yang bulat. Dan tujuan yang terkandung dalam setiap perkembangan adalah menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
Sesuai dengan individualitas anak yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik, perkembangan antara dua individu anak itu tidak mungkin bisa sama benar. Sekalipun terdapat perbedaan perkembangan yang bersifat individual, kita dapat melihat adanya “hukum” atau cara tertentu bagi semua perkembangan individu yang sejenis. Istilah hukum diberi tanda petik karena segala sesuatu yang disebut sebagai hukum dalam psikologo sebenarnya merupakan kecenderungan atau tendensi (Kartono, 1979)
Dalam peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan, konstanta, dan konsistensi. Dengan ciri-ciri demikian orang kemudian membuat hukum-hukum alam. Sebaliknya, berbagai gejala psikis tersebut tidak menunjukkan ulangan peristiwa secara mantap dan identik sama dengan peristiwa-peristiwa yang mendahului, melainkan hanya menampakkan adanya kecenderungan. Karena itu psikologi pada dasarnya menghindari penggunaan istilah “hukum” dan lebiih suka menggunakan istilah patokan, kaidah, aturan atau prinsip.
Secara spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Bisa pula, dikatakan prinsip perkembangan adalah “patokan generalisai mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.










BAB II
PEMBAHASAN

A.    PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MANUSIA
1.      Prinsip-Prinsip Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Para Ahli
a.       Menurut william stern
Ia berpendapat bukanlah unsur yang menjadi titik pangkal perkembangan jiwa, melainkan kesatuan kehidupan pribadi yang bekerja sendiri. Lebih jelasnya person/ pribadi seseorang secara utuh itulah yang menentukan jalannya perkembangan dan bukan fungsi jiwa yang terpisah-pisah. Atas pandangan inilah, W. Stern akhirnya memunculkan teori konvergensi.
b.      Menurut J. L. Moreno
Moreno memiliki kedudukan yang khas dalam sejarah psikologi perkembangan. Dia menolak adanya pandangan bahwa pandangan anak-anak itu semata-mata tergantung  pada kenyataan pada diri mereka yang masih lemah dan pengaruh lingkungan. Sebaliknya menurut Moreno, bahwa ada kesempatan bagi setiap anak untuk memilih sendiri jalan perkembangannya. Dengan demikian, dasar perkembangan manusia itu berada pada diri masing-masing ketika dalam usia anak-anak. Atas dasar pandangan ini, kata Moreno, maka pendidikan punya kemungkinan untuk dilaksanakan.
c.       Menurut Jean Piaget
Piaget adalah orang yang paling banyak memperhatikan perkembangan anak-anak hingga usia 7 tahun. Ia memandang bahwa pada setiap anak terdapat dua faktor, yaitu pengenalan dan perasaan. Keduanya berguna untuk penyesuaian ruhani terhadap lingkungan. Katanya pula bahwa dalam ruhani anak terdapat fungsi pikiran. Akan tetapi, kecakapan berpikir secara logis [1]tidak dibawa anak secara lahir. Kecakapn berpikir baru timbul setelah ia mencapai taraf perkembangan tertentu.
d.      Menurut Montessori
Menurutnya, tiap fase perkembangan itu mempunyai arti bilogis. Kodrat alam mempunyai rencana tertentu berdasarkan dua asas pokok yaitu:
1.      Asas kebutuhan vitas, terkenal dengan masa peka
2.      Asas kesibukan
Perkembangan jiwa tidak harus dipahami sebagai perkembangan fungsi-fungsi yang saling mempengaruhi satu dengan yang lain, tetapi harus dimengerti sebagai perwujudan dari suatu rencana tempat kekuatan jasmani ruhani dalam struktur yang berurutan memperoleh pelajaran (latihan) yang penting untuk pembentukan yang tetap.
e.       Menurut J. B. Watson dan Pavlov
Keduanya menyatakan bahwa perkembangan itu pada hakikatnya merupakan kumpulan dari sejumlah refleks yang karena sudah terlatih sedemikian rupa hingga akhirnya membentuk tingkah laku seseorang yang bersifat konstan, atau bisa diartikan sebagai gerak spontan yang bersifat otomatis. Inilah yang menurutnya disebut dengan refleks wajar tang masih murni, yang asli dibawa sejak lahir. Setelah mendapat latihan dan pembiasaan, lalu disebut dengan refleks bersyarat. Jadi, menurutnya, perkembangan merupakan proses terbentuknya refleks wajar menjadi refleks bersyarat.[2]
Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa  prinsip-prinsip perkembangan manusia, yaitu timbul dari kepribadian seseorang yang bisa memilah-milah, perkembangan tersebut tidak bisa di pandang satu sisi melainkan dua sisi  yaitu jasmani dan rohani yang mana perkembangan itu merupakan kumpulan reflek yang perlu di bimbing sehingga akhirnya membentuk manusia yang mempunyai tingkah laku yang baik. 
 
B.     PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN YANG TERJADI PADA UMUMNYA
1.      Perkembangan Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (never ending proces
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang di pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan berlangsung terus menerus sjak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau masa tua.
2.      Semua Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individi, baik fisik, emosi, intelgensi maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.      Perkembangan itu Mengikuti Pola Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah tertentu. Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap sebelumnya yang merupakan prasarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya, untuk dapat berjalan seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya,yaitu berlari atau meloncat.
4.      Perkembangan Terjadi Pada Tempo yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya yang terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat). umpamanya [a] otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun; [b] tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja; dan [c] imajinasi kreatif berkembang dangan cepat pada masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya masa remaja.  
5.      Setiap Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: [a] sampai usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai gerak-gerik fisik dan belajar berbicara, [b] pada usia tiga sampai enam tahun, perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan orang lain).
6.      Setiap Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.[3]

C.    PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Tingkat keberhasilan mengajar sebagian besar tergsntung pada taraf kepekaan tahap kemajuan perkembangan timbulnya kebutuhan dan kemampuan –kemampuan pembawaan dalam belajar. Seoarang guru benar benar mendasarkan pada subject matter yang akan diajarkan. Dia pun harus memahami (1) sifat-sifat murid pribadi dan kemungkinan-kemungkinan perkembangannya; (2) penyesuaian penyesuaian pribadi dan sosial yang akan ditempuh oleh setiap anak mudah dalam lingkungan kulturalnya yang sekarang; dan (3) faktor-faktor psikologis dalam proses belajar mengajar. Adapun prinsip-prinsip perkebangan aplikasinya bagi pembelajaran adalah sebagai brikut.
1.      Prinsip Ketuhanan Organisme
Aplikasi dalam pembelajaran guru harus melaksanakan asas korelasi dan kurikulum pendidikan harus bersifat interaksi.
2.      Prinsip Tempo dan Irama Perkembangan.
3.      Prinsip Pola untuk Perkembangan.
ü  Pertumbuhan dan perkembangan mengikuti pola perkembangan yang sama, yaitu guru harus menyesuaikan sistem pendidikan yang digunakan.
Contoh sistem clasikal, yaitu anak dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan perkembangan siswa.
ü  Sekolah dapat menyediakan sarana atau media pembelajaran yang disesuaikan dengan perkembangan siswa.
4.      Prinsip Konvergensi
Karena pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; maka:
ü  Pendidikan harus dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-nasing anak.
ü  Upaya pendidikan di batasi oleh kemanpuan anak.
5.      Prinsip Bimbingan
Perlu bantuan yang diberikan secara sadar oleh orang dewasa
ü  Perlu ada perencanaan
ü  Perlu ada bimbingan bagi murid yang mengalami permasalahan belajar
6.      Prinsip Pematangan
Pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi bila sudah waktunya untuk tumbuh dan berkembang sehingga dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
7.      Prinsip Fungsional dan Dinamis
Peristiwa dan oerkebangan akan menjadi dasar untuk peristiwa perkembangan selanjutnya dinamis adalah menuju ke arah kesempurnaan.[4]   
        Dari beberapa penjelasan di atas, prinsip-prinsip perkembangan pada dasarnya mengacu:
1.      Kontribusi perkembangan pada pembelajaran.
2.      Mempertinggi/ memperluas perkembangan pengalaman yang pokok/ dasar.
3.      Kekuatan perkembangan tergantung pada bahasa.
4.      Perkembangan adalah berlangsung terus- menerus dan relatif tertib/ rapi.
5.      Orang/ pribadi berkembang pada kecepatan yang berbeda.
6.      Perkembangan dipengaruhi oleh kematangan, keturunan, dan umur (secara pribadi).

D.    SECARA GARIS BESAR, PERISTIWA PERKEMBANGAN MEMPUNYAI ATAU MENGIKUTI PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN SEBAGAI BERIKUT:
1.      Perkembangan tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun mencakup rangkaian  perubahan yang bersifat progesif, teratur, koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap  perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2.      Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi. Proses diferensasi artinya ada prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu, lambat laun bagian-bagiannya bertumbuh menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam rangka keseluruhan.
3.      Perkembangan dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum mejadi khusus. Contoh, seorang bayi mula-mula akan beraksi tersenyun bila melihat setiap wajah manusia. Dengan bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
4.      Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai.  Walaupun tidak ada garis pemisah yang jelas antara satu fase dan fase yang lain, tahapan perkembangan ini sifatnya universal. Sebagai contoh, perkembangan anak yang normal akan tampak berturur- turut: memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk, merangkak, berjalan dengan bantuan, akhirnya berjalan.
5.      Setiap anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri. Dengan kata lain, ada anak yang perkebangannya cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Jadi perkebangan anak yang satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkambangan organ atau aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya perkembanga tersebut.
Perkembangan, baik fungsi jasmani maupun fumgsi rohani, tidaklah dapat disamakan waktunya. Misalnya lama perkembangan anak untuk fungsi merangkak, dan lain-lain demikian pula untuk perkembangan suatu fungsi rohani, seperti lamanya kecepatan waktu untuk mengartikan suatu kalimat  bahasa akan berbeda dengan kcepatan lamanya untuk fungsi berfikir.
Tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam katogori: cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu lambat, biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
6.      Di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang naik, terkadang turun pada suatu saat anak mengalmi perkembangan yang tenang dan pada saat lain, ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. Jadi, irama perkembangan itu tidak menetap. Adakalanya tenang, adakalanya goncang.
7.      Setiap anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang, pangan, papan, dan penddidikan.
8.      Dalam perkembangan terdapat peka. Masa peka ialah suatu masa dalam perkebangan anak, saat suatu fungsi jasmani ataupu rohani, dapat berkembang dengan cepat jika medapat latihan yang baik dan kontinyu. Masa peka diantara anak yang satu dengan anak yang lainnya tidah mudah untuk di ketahui, karena hal ini mmerlukan penelitihan yang seksama melalui berbagai percobaan. Misalnya, untuk menentukan apakah seorang anak sudah mengalami masa peka bagi pembuatan kerajinan tangan tertentu dan lain-lain. Suatu gejala kepekaan seyogjanya diselidiki dengan percobaan, yaitu apakah anak tersebut sudah tampak terarah minatnya pada suatu fungsi tersebut apa belum.
9.      Perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan. Anak manusia dengan bakat pembawaanya itu, hanyalah merupakan bakat-bakat yang tersedia untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan berkembang saja. Agar bakat yang tersedia itu dapat berkembang dengan sebaik-baiknya, diperlukan  adanya suatu proses menjadi matang, pemberian kesempatan kemungkinan berkembang dari alam sekitarnya, serta memeliharaan yang kontinyu dari manusia-manusia dewasa, baik secara langsung maupun tidak langsung.[5] 
Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa anak yang normal, menurut bakat dan pembawaannya memiliki sifat-sifat untuk berbicara. Namun demikian, untuk berbicara tersebut mereka mendengar kata-kata dan kalimat bahasa dalam pergaulan dengan alam sekitarnya. Seorang anak keturunan Inggris yang baru lahir dan dibesarkan di Indonesia, serta dipelihara oleh orang Indonesia dan dalam pemeliharaannya sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia, tidak mungkin bisa berbahasa Inggris, karena pendidikannya, termasuk pergaulan sehari-harinya, tidak memberikan kesempatan untuk berbicara bahasa Inggris.
Seorang anak yang lahir dalam keadaan tuli, walaupun alat-alat bicaranya cukup baik dan menurut pembawaannya manusia itu adalah makhluk yang dapat berbicara, karena kesempatan berbicara untuk belajar terganggu (alat pendengarannya rusak), ia tidak mungkin dapat berbicara dan mengenal bahasa.  





    






BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Perkembangan tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun mencakup rangkaian  perubahan yang bersifat progesif, teratur, koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap  perkembangan dengan tahap perkembangan berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2.      Perkembangan selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi.
3.      Perkembangan dimulai dari proses-proses yang sifatnya umum mejadi khusus.
4.      Setiap orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara berantai. 
5.      Setiap anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri.
6.      Di dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses perkembangan.
7.      Setiap anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang, pangan, papan, dan penddidikan.
8.      Dalam perkembangan terdapat peka.
9.      Perkembangan tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan.












DAFTAR PUSTAKA

Dr. H. Syamsul Yusuf LN, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Drs. Alex Sobur, Psikologi Umum, Pustaka Setia, Bandung, 2003
Drs. H. A bu Ahmadi, Psikologi Umum, PT. Reneka Cipta, Jakarta, 2009
F. J. Monks A. M. P. Knoers dan Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press, Jogjakarta, 2006
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S, Teori-Teori Psikologi, Ar Ruzz Media, Yogjakarta, 2011.
Prof. Dr. H. Baharuddin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Ar Ruzz Media, Yogjakarta, 2009
Prof. Drs. Agoes Soejanto, psikologi perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005




[2] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I, pendidikan dan psikologi perkembangan , Yoggyakarta, Ar Ruzz Media,  2010, hal. 74-76
[3] Dr. H. Syamsu Yusuf, LN., M. Pd.I, Psikilogi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung, PT. Remaja Rusda Karya, 2009, hal. 17-20
[4] Prof. Dr. H. Baharuddin, M. Pd. I, pendidikan dan psikologi perkembangan , Yoggyakarta, Ar Ruzz Media,  2010, hal. 76-78
[5] Drs. Alex Sobur, M.si Psikologi Umum Bandung, Pustaka Setia, 2009, hl. 141-145

motivasi dalam belajar


BAB I
PENDAHULUAN

Menjadi sukses adalah impian semua orang. Untuk itu, tentunya motivasi yang kuat untuk mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang diinginkan. Motivasi adalah pohon yang siram dengan kedisiplinan diri. (Majalah buletin Jama’ah Manarul Islam Almanar, edisi Juni 2010: 3).Yang menjdi pertanyaannya adalah bagaimana cara kita tetap termotivasi untuk mencapai apa yang kita inginkan?
Konon menurut David C. Mcclelland dalam bukunya yang terkenal The Acheiving Society (1961), para filosof barat berupaya mengkaji alasan dan sebagai dua unsur yang jelas-jelas berbeda dalam pikiran manusia. Unsur “hasrat” kata  David C. Mcclelland, niscaya merupakan jenis “kekuatan yang bersifat mendorong”, yang acap bertentangan dengan alasan, tetapi akhirnya selalu dikontrol oleh alasan tersebut.
Dengan berkembangnya psikologi ilmiah modern pada pertengehan abad ke-19, kaitan antara dua unsur itu memperoleh arti baru yang spesifik. Studi mengenai motivasi manusia, ketika itu, sangat dipengaruhi oleh karya-karya biolog Inggris, Charles Darwin, bahwa manusia dianggap sebagai makhluk yang terlibat dalam pergulatan keras dengan alam untuk bisa bertahan hidup. Dari pergumulan keras tersebut, diasumsikan bahwa manusia memiliki hasrat atau keinginan yang kuat untuk tetap hidup.
Para Biolog dan Psikolog menyatakan bahwa hasrat seperti itu secara mekanis dikendalikan oleh tubuh manusia. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa berbagai kehidupan badaniah, apabila tak terpenuhi, akan menggerakkan tanda-tanda bahaya tertentu yang akan mengganggu tubuh hingga kebutuhan tersebut terpenuhi.
Sebuah contoh yang nyata adalah kebutuhan makanan. Apabila tidak memperoleh makanan, kita tidak akan bertahan hidup. Oleh karena itu, tubuh kita dilengkapi dengan tanda-tanda bahaya (yang mungkin dikendalikan oleh mengerutnya perut yang kosong), yang akan bekerja bilamana tubuh memerlukan makanan. Rasa lapar ini memang merupakan motivator yang kuat, dan semua orang yang pernah mengalami kelaparan bisa membuktikannya. Terkait dengan itu pokok bahasan dalam tulisan ini mencoba untuk mengenalkan secara konfrehensif sebagai hal yang dianggap penting dalam kajian psikologi umum yaitu: motivasi.
Satu pokok bahasan di atas diharapkan memberikan suatu pemahaman yang komprehensif mengenai motivasi dan dapat membantu para pembaca dalam memahaminya.







BAB II
PEMBAHASAN

A.      PENGERTIAN
Apakah motivasi itu? Sebelum membicarakan masalah motivasi lebih  lanjut, ada baiknya kita menyimak terlebih dahulu contoh-contoh berikut ini:
Beberapa hari belakang ini, seorang mahasiswa begitu tekun mempelajari buku lewat  tengah malam. Lelah dan kantuk yang tidak dihiraukannya, sementara di tempat lain, seorang petani mencangkul sawahnya dari pagi-pagi buta sampai terbenamkan matahari, tanpa henti.
Apa yang menyebabkan mereka? mahasiswa dan petani, melakukan atau bekerja seperti itu? apa yang mendorong mereka berbuat demikian?
Oleh sebab itu, pembahasan mengenai motivasi akan memberi jawaban atas pertanyaan, mengapa mahasiswa harus tekun belajar , mengapa petani harus tekun bekerja keras, mengapa orang itu membunuh, mengapa dia bersikap demikian, mengapa orang itu bertingkah laku aneh, dan seterusnya. Sesungguhnya, motivasi itu sendiri bukan merupakan sesuatu kekutan yang netral, atau kekutan yang kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup, dan sebagainya. Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur pokok dan dorongan, atau kebutuhan dan unsur tujuan, (Handoko,1992;10) proses interaksi timbal balik antara kedua unsur ini  terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi dengan hal-hal di luar diri manusia, keadaan, cuaca, kondisi lingkungan, dan sebagainya, oleh karena itu bisa saja, terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika tenyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau mungkin terpenuhi.
Psikologi mengajukan pertanyaan tentang motivasi karena psikologi ingin mengerti gejala-gejala psikis yang menjadi objek ilmu jiwa. Seperti setiap ilmu pengetahuan yang melebihi taraf deskripsi kelak, psikologi pun tidak memandang dan melakukan objeknya, tetapi juga ingin mengerti.
Mengerti, berarti ingin mengetahuai musababnya, dan karena tingkah laku manusia yang hendak dimengerti oleh psikologi, sebab musababnya disebut motif atau motivasi, mengingat manusia adalah makhluk yang berbudi, karena itu, NICO Syukur Dister  OFM memakai motif tersebut sebagai penyebab psikologi yang merupakan sumber dan tujuan dari  tindakan dan perbuatan manusia, (Dister:1994:71). Menurut Dister, penyebab ini bersifat kausal dan sekaligus final, artinya, manusia melakukan perbuatannya, baik karena dorongan maupun tertarik, yang khususnya diselidiki oleh psikologi ialah kebutuhan dan keinginan manusia, baik keinginan yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dalam pandangan Dister, setiap tingkah laku manusia merupakan buah hasil dari hubungan dinamika timbal-balik antara tiga faktor. Ketika tindakan faktor yang satu lebih besar  peranannya dibandingkan faktor yang lain. Ketiga faktor yang dimasudkan Dister tersebut ialah :
1.      Sebuah gerak atau dorongan yang secara spontan  dan alamiah yang terjadi pada diri manusia,
2.      Ke-aku-an manusia sebagai inti pusat kepribadiannya.
3.      Situasi manusia atau lingkungan hidupnya (Dister,1994-73).
Tinjauan secara rinci mengenai ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Dorongan spontan manusia
Pada setiap orang, terdapat kecenderungan yang bersifat spontan, artinya dorongan ini timbul dengan sendirinya  dan tidak ditimbulkan manusia dengan sengaja, dorongan manusia ini bersifat alamiah dan bekerja dengan otomatis, tidak dikerjakan oleh manusia dengan tahu dan mau, contohnya dorongan sexsual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur, sejauh perbuatan manusia  didasarkan pada dorongan spontan itu, perbuatan tersebut  boleh dikatakan mendahuluhi perbuatan manusia, artinya perbuatan itu belum dijiwai atau diserapi oleh inti kepribadian orang yang bersangkutan.

2.      Ke-aku-an sebagai inti pusat kepribadian manusia.
Suatu dorongan yang secara spontan “terjadi” terjadi pada diri manusia dapat dijadikan miliknya sendiri, menyetujuhi dorongan itu, kalau demikian, ke-aku-an manusia, pusat kebebasan itu, dengan tidak  dan menahu, mengambil bagian dalam ‘kejadian’itu. Akibatnya ialah proses yang terdinya ‘terjadi’ padaku kini kujadiakan sendiri sehingga kini menjadi  perbuatanku. Bahkan jika aku tidak giat aktif melainkan lebih pasif, misalnya jika aku menanggung atau menderita sesuatu, tanggungan dan penderitaan itu dapat  dijadikan miliku sendiri, sehingga menjadi betul-betul perbuatanku, berkat ke-aku-annya manusia bersifat bebas dan sedikit banyak dapat melaksanakannya atau menolak apa yang terjadi pada dirinya, itulah sebab tingkah laku manusia dapat mempertahankan otonominya terhadap dorongan spontan yang merupakan asal-usul tingkah laku itu, dengan menunda saat makan, misalnya walaupun ia lapar, manusia lapar dapat mempertahankan otonominya tersebut.

3.      Situasi atau lingkungan hidup manusia
Selain  faktor yang pertama dan yang kedua, masih ada faktor yang ketiga yang harus diikutsertakan dalam menerangkan  tingkah laku manusia secara psikologi, yaitu situasi lingkungan hidup seseorang. Tindakan dan perbuatan manusia itu tidak lepas dari dunia sekitarnya, tentulah aku yang akan melakukan perbuatan tertentu, untuk melakukan rencana tertentu (=faktor kekuatan), tetapi faktor itu ku terima tidak hanya dari dorongan-dorongan spontan yang ada padaku, (=faktor naruri), tetapi juga dari perangsang-perangsang yang berasal dari dunia sekitarku, (=faktor lingkungan ), lagi pula pelaksanaan tersebut  berlangsung di dunia, sehingga seluruh perbuatan itu menjurus kedunia juga, perlu di catat pula bahwa yang disebut ”dunia” atau ”lingkungan” ialah buah hasil dari pertukaran antara pengalaman batin manusia dan hal ihwal di luar diri manusia. Perlu di catat bahwa ketiga faktor tersebut tidak boleh di pisah-pisahkan satu sama lain. Amat keliru bila memutlakkan satu faktor dan menghilangkan faktor lainnya. (Alex Sobur, Psikologi Umum, 2003: 266-270)


B.  Jenis motivasi
     Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :
1.        Motivasi primer
       Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Mc Dougall misalnya, berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Insting itu memiliki tujuan dan memerlukan pemuasan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktifkan, dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok, mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin.
Segenap insting manusia dapat dibedakan menjaadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life instincst) dan insting kematian (death instincts). Insting-insting kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan. Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau membunuh orang lain atau diri sendiri.



2.        Motivasi sekunder
Motivasi sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda motivasi primer. Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar. Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar dapat bekerja ddengan baik, orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan baik” merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik. Bila orang memiliki uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membelin makanan untuk menghilangkan rasa lapar.
Motivasi sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang berbeda-beda. Thomas dan Znaniecki menggolong-golongkam motivasi sekunder menjadi keinginan-keinginan
1)      Memperoleh pengalaman baru
2)      Untuk mendapat respon
3)      Memperoleh pengakuan
4)      Memperoleh rasa aman.
Mc Cleland menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi, seperti bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas, memperoleh kasih sayang, seperti rela berkoban untuk sesama, dan memperoleh kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009 : 86-88)



C.   Sifat motivasi
Sifat motivasi ada dua macam :
1.      Motivasi internal (intrinsik)
Motivasi internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh, bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestai.
Menurut Monks, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini berarti bahwa motivasi intrinsik perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK, SD, dan SLTP. Pada usia ini para guru masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian, khususnya disiplin diri untuk beremansipasi. Penguatan terhadap motivasi intrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan belajar. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009 : 90-91)
Lepper dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefisinikan sebagai ketertarikan  dan kenyamanan di dalam melakukan aktivitas di dalam pekerjaan itu sendiri, sedangkan Hirst (1988) mengatakan bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan individu tentang tingkat, yang mana sesuatu aktiviatas dapat dilakukan dengan nyaman dan atas dasar keinginan diri sendiri. Konsep dari motivasi intrinsik tidak hanya ada pada definisi praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori utama di dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang menyatakan babwa motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang   paling tinggi, yaitu aktualisasi diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik dikemukakan oleh Beach (1980). Ia mengatakan bahwa motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi ketika seseorang menikmati suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama melakukan tugas dari aktivitas tersebut.
Telaah dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di atas dapat diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk motivasi dari dalam diri individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan kepa individu dan membuat tugas dan pekerjaan tersebut mampu memberikan kekuatan batin bagi individu sendiri. ( M. Nur Ghufron, dkk, Teori-teori Psiologi, 2011: 86-87)   
                                                      
2.      Motivasi eksternal (ekstrinsik)
Motivasi ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang tang ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi, seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia hanya ingign ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, ssiswa memahami faedah belajar di SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA.Di SMA ia belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan diterima  di AKABRI.
Dalam contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar dengan tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal ini motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh tanpa disuruh orang lain. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009: 91)
D.    Motivasi Belajar
Motivasi belajar merupakan suatu peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi tercemin dari kekuatan, ketekunan, keuletan dan tidak mudah patah untuk mencapi kesuksesan  meskipun dihadang oleh badai kesulitan yang selalu menghantu-hantuinya.
 Ada banyak faktor yang berperan dalam mempengaruhi motivasi belajar seorang siswa atau murid. Beberapa diantaranya dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
1.      Menurut Muhidin Syah (1995:108-115), ada 2 faktor yang berperan dalam mempengaruhi motivasi belajar siswa yaitu :
1)      Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2)      Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang terdiri dari :
a)      Lingkungan sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga dan teman sekolah.
b)      Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi ekonomi orangtua dan lain-lain.
2.      Sumanto menggolongkan 3 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi siswa :
1)      Faktor-faktor stimulasi belajar
Yang dimaksud faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini mencakup materil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2)      Faktor metode belajar
Metode yang dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara belajarnya.
Maka guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar mengajar hanya berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap pasif.
3.      Menurut Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar siwa, yaitu Harapan guru, Instruksi langsung, Umpanbalik (feedback) yang tepat, Penguatan dan hadiah dan Hukuman.

E.     Tips Menumbuhkan Motivasi Belajar
Terkadang kita merasakan kejenuhan, tidak bersemangat dalam menjalani hidup. Anda merasa butuh adanya motivasi dari orang lain. Mungkin cara ini bisa berhasil. Namun, untuk kemudian bisa berubah dan bersemangat, kuncinya ada pada diri Anda sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan motivasi lebih baik, selain diri kita sendiri. Ada beberapa tips untuk memotivasi diri sendiri, yaitu :
1)  Menetapkan visi
Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia belajar? Apa yang diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan demikian, ia tidak akan asal saja dalam menjalani proses studinya.
2)   Belajar bukan karena paksaan
Jadikan belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika tidak melakukannya. Buat bagaimana caranya agar belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu paksaan.
3)    Fokus
Sebuah ungkapan yang sangat bagus untuk  memotivasi pelajar adalah “kehidupan tidak akan pernah menjadi luar biasa tanpa fokus, dedikasi dan disiplin”. Dengan fokus, maka akan membuat Anda lebih tajam dalam menentukan sasaran. Ibaratnya, sinar matahari tidak akan bisa membakar kertas, akan tetapi jika sinar ini difokuskan lewat sebuah kaca pembesar, sinar ini mampu membakar tidak hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa matang terbakar.
4)   Tidak ada kamus menyerah
Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin Anda juga pernah mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah, berjuang, belajar, namun Anda tidak mendapatkan hasil yang Anda inginkan. Namun Kesuksesan akan mendatangi siapa saja yang tidak takut terhadap kegagalan.
5)   Membutuhkan waktu dan kesabaran
Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi pelajar: “kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi untuk sukses. Karenanya, jika Anda ingin sukses, maka Anda harus siap menjalani prosesnya.
Itu adalah beberapa tips untuk memotivasi diri kita dalam hal belajar. Nah yang berikut adalah beberapa tips yang cocok dogunakan oleh guru untuk memotivasi siswanya :
1)      Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
2)      Persaingan/kompetisi
3)      Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri.
4)      Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
5)      Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
6)      Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Motivasi bertujuan memberikan dorongan, semangat, dan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan, pekerjaan, atau tindakan tertentu dalam mewujudkan dan mencapai tujuan yang diinginkan. Motivasi itu muncul pada diri seseorang karena ada faktor baik dari dalam maupun dari luar dirinya.
Peningkatan motivasi belajar anak didik sangat ditentukan oleh kreatifitas dan keterampilan seorang guru. Semakin terampil seorang guru dalam mendidik muridnya, maka motivasi belajar siswanya pun akan meningkat. Dengan menigkatnya motivasi belajar siswa, maka proses belajar pun akan berjalan dengan baik.

B.     Saran
Dalam pembahasan penulisan makalah ini, maka secara tersurat maupun tersirat makalah ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis akan sangat menghargai dan mengucapkan terimakasih kepada para pembaca yang memberikan kritik dan saran untuk perbaikan makalah ini. 









DAFTAR PUSTAKA


Sobur, Alex. 2003. psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.
Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT. Rineka Cipta.
Ghufron, M. Nur, dkk. 2011. Teori-teori Psiologi. Jogjakarta: Ar Ruzza Media.  
Munawwir, M. 2010. Majalah buletin Jama’ah Manarul Islam Almanar. Pasuruan : Almanar.