BAB I
PENDAHULUAN
Menjadi
sukses adalah impian semua orang. Untuk itu, tentunya motivasi yang kuat untuk
mengatasi tantangan untuk mencapai apa yang diinginkan. Motivasi adalah pohon
yang siram dengan kedisiplinan diri. (Majalah buletin Jama’ah
Manarul Islam Almanar, edisi Juni 2010: 3).Yang menjdi pertanyaannya
adalah bagaimana cara kita tetap termotivasi untuk mencapai apa yang kita
inginkan?
Konon menurut David C. Mcclelland dalam bukunya yang terkenal The
Acheiving Society (1961), para filosof barat berupaya mengkaji alasan dan
sebagai dua unsur yang jelas-jelas berbeda dalam pikiran manusia. Unsur
“hasrat” kata David C. Mcclelland,
niscaya merupakan jenis “kekuatan yang bersifat mendorong”, yang acap
bertentangan dengan alasan, tetapi akhirnya selalu dikontrol oleh alasan
tersebut.
Dengan berkembangnya psikologi ilmiah modern pada pertengehan abad
ke-19, kaitan antara dua unsur itu memperoleh arti baru yang spesifik. Studi
mengenai motivasi manusia, ketika itu, sangat dipengaruhi oleh karya-karya
biolog Inggris, Charles Darwin, bahwa manusia dianggap sebagai makhluk yang
terlibat dalam pergulatan keras dengan alam untuk bisa bertahan hidup. Dari
pergumulan keras tersebut, diasumsikan bahwa manusia memiliki hasrat atau keinginan
yang kuat untuk tetap hidup.
Para Biolog dan Psikolog menyatakan bahwa hasrat seperti itu secara
mekanis dikendalikan oleh tubuh manusia. Lebih lanjut, mereka mengatakan bahwa
berbagai kehidupan badaniah, apabila tak terpenuhi, akan menggerakkan tanda-tanda
bahaya tertentu yang akan mengganggu tubuh hingga kebutuhan tersebut terpenuhi.
Sebuah contoh yang nyata adalah kebutuhan makanan. Apabila tidak
memperoleh makanan, kita tidak akan bertahan hidup. Oleh karena itu, tubuh kita
dilengkapi dengan tanda-tanda bahaya (yang mungkin dikendalikan oleh
mengerutnya perut yang kosong), yang akan bekerja bilamana tubuh memerlukan
makanan. Rasa lapar ini memang merupakan motivator yang kuat, dan semua orang
yang pernah mengalami kelaparan bisa membuktikannya. Terkait dengan itu pokok
bahasan dalam tulisan ini mencoba untuk mengenalkan secara konfrehensif sebagai
hal yang dianggap penting dalam kajian psikologi umum yaitu: motivasi.
Satu pokok bahasan di atas diharapkan memberikan suatu pemahaman
yang komprehensif mengenai motivasi dan dapat membantu para pembaca dalam
memahaminya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
Apakah motivasi itu? Sebelum membicarakan masalah motivasi
lebih lanjut, ada baiknya kita menyimak
terlebih dahulu contoh-contoh berikut ini:
Beberapa hari belakang ini, seorang mahasiswa begitu tekun mempelajari
buku lewat tengah malam. Lelah dan kantuk
yang tidak dihiraukannya, sementara di tempat lain, seorang petani mencangkul
sawahnya dari pagi-pagi buta sampai terbenamkan matahari, tanpa henti.
Apa yang menyebabkan mereka? mahasiswa dan petani, melakukan atau
bekerja seperti itu? apa yang mendorong mereka berbuat demikian?
Oleh sebab itu, pembahasan mengenai motivasi akan memberi jawaban
atas pertanyaan, mengapa mahasiswa harus tekun belajar , mengapa petani harus
tekun bekerja keras, mengapa orang itu membunuh, mengapa dia bersikap demikian,
mengapa orang itu bertingkah laku aneh, dan seterusnya. Sesungguhnya, motivasi
itu sendiri bukan merupakan sesuatu kekutan yang netral, atau kekutan yang
kebal terhadap pengaruh faktor-faktor lain, misalnya pengalaman masa lampau, taraf
intelegensi, kemampuan fisik, situasi lingkungan, cita-cita hidup, dan sebagainya.
Dalam suatu motif, umumnya terdapat dua unsur pokok, yaitu unsur pokok dan
dorongan, atau kebutuhan dan unsur tujuan, (Handoko,1992;10) proses interaksi
timbal balik antara kedua unsur ini
terjadi di dalam diri manusia, namun dapat dipengaruhi dengan hal-hal di
luar diri manusia, keadaan, cuaca, kondisi lingkungan, dan sebagainya, oleh karena
itu bisa saja, terjadi perubahan motivasi dalam waktu yang relatif singkat jika
tenyata motivasi yang pertama mendapat hambatan atau mungkin terpenuhi.
Psikologi mengajukan pertanyaan tentang motivasi karena psikologi
ingin mengerti gejala-gejala psikis yang menjadi objek ilmu jiwa. Seperti
setiap ilmu pengetahuan yang melebihi taraf deskripsi kelak, psikologi pun
tidak memandang dan melakukan objeknya, tetapi juga ingin mengerti.
Mengerti, berarti ingin mengetahuai musababnya, dan karena tingkah
laku manusia yang hendak dimengerti oleh psikologi, sebab musababnya disebut motif
atau motivasi, mengingat manusia adalah makhluk yang berbudi, karena itu, NICO
Syukur Dister OFM memakai motif tersebut
sebagai penyebab psikologi yang merupakan sumber dan tujuan dari tindakan dan perbuatan manusia, (Dister:1994:71).
Menurut Dister, penyebab ini bersifat kausal dan sekaligus final, artinya, manusia
melakukan perbuatannya, baik karena dorongan maupun tertarik, yang khususnya
diselidiki oleh psikologi ialah kebutuhan dan keinginan manusia, baik keinginan
yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dalam pandangan Dister, setiap tingkah laku manusia merupakan buah
hasil dari hubungan dinamika timbal-balik antara tiga faktor. Ketika tindakan faktor
yang satu lebih besar peranannya dibandingkan
faktor yang lain. Ketiga faktor yang dimasudkan Dister tersebut ialah :
1.
Sebuah
gerak atau dorongan yang secara spontan
dan alamiah yang terjadi pada diri manusia,
2.
Ke-aku-an
manusia sebagai inti pusat kepribadiannya.
3.
Situasi
manusia atau lingkungan hidupnya (Dister,1994-73).
Tinjauan secara
rinci mengenai ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Dorongan spontan manusia
Pada
setiap orang, terdapat kecenderungan yang bersifat spontan, artinya dorongan
ini timbul dengan sendirinya dan tidak
ditimbulkan manusia dengan sengaja, dorongan manusia ini bersifat alamiah dan
bekerja dengan otomatis, tidak dikerjakan oleh manusia dengan tahu dan mau,
contohnya dorongan sexsual, nafsu makan, kebutuhan akan tidur, sejauh perbuatan
manusia didasarkan pada dorongan spontan
itu, perbuatan tersebut boleh dikatakan
mendahuluhi perbuatan manusia, artinya perbuatan itu belum dijiwai atau diserapi
oleh inti kepribadian orang yang bersangkutan.
2.
Ke-aku-an sebagai inti pusat kepribadian manusia.
Suatu
dorongan yang secara spontan “terjadi” terjadi pada diri manusia dapat dijadikan
miliknya sendiri, menyetujuhi dorongan itu, kalau demikian, ke-aku-an manusia, pusat
kebebasan itu, dengan tidak dan menahu, mengambil
bagian dalam ‘kejadian’itu. Akibatnya ialah proses yang terdinya ‘terjadi’ padaku
kini kujadiakan sendiri sehingga kini menjadi
perbuatanku. Bahkan jika aku tidak giat aktif melainkan lebih pasif,
misalnya jika aku menanggung atau menderita sesuatu, tanggungan dan penderitaan
itu dapat dijadikan miliku sendiri, sehingga
menjadi betul-betul perbuatanku, berkat ke-aku-annya manusia bersifat bebas dan
sedikit banyak dapat melaksanakannya atau menolak apa yang terjadi pada
dirinya, itulah sebab tingkah laku manusia dapat mempertahankan otonominya
terhadap dorongan spontan yang merupakan asal-usul tingkah laku itu, dengan
menunda saat makan, misalnya walaupun ia lapar, manusia lapar dapat mempertahankan
otonominya tersebut.
3.
Situasi atau lingkungan hidup manusia
Selain faktor yang pertama dan yang kedua, masih ada
faktor yang ketiga yang harus diikutsertakan dalam menerangkan tingkah laku manusia secara psikologi, yaitu
situasi lingkungan hidup seseorang. Tindakan dan perbuatan manusia itu tidak
lepas dari dunia sekitarnya, tentulah aku yang akan melakukan perbuatan
tertentu, untuk melakukan rencana tertentu (=faktor kekuatan), tetapi faktor
itu ku terima tidak hanya dari dorongan-dorongan spontan yang ada padaku, (=faktor
naruri), tetapi juga dari perangsang-perangsang yang berasal dari dunia sekitarku,
(=faktor lingkungan ), lagi pula pelaksanaan tersebut berlangsung di dunia, sehingga seluruh
perbuatan itu menjurus kedunia juga, perlu di catat pula bahwa yang disebut ”dunia”
atau ”lingkungan” ialah buah hasil dari pertukaran antara pengalaman batin
manusia dan hal ihwal di luar diri manusia. Perlu di catat bahwa ketiga faktor
tersebut tidak boleh di pisah-pisahkan satu sama lain. Amat keliru bila memutlakkan
satu faktor dan menghilangkan faktor lainnya. (Alex Sobur, Psikologi Umum, 2003:
266-270)
B. Jenis motivasi
Motivasi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
:
1.
Motivasi primer
Motivasi primer adalah motivasi yang didasarkan pada motif-motif
dasar. Motif-motif dasar tersebut umumnya berasal dari segi biologis atau
jasmani manusia. Manusia adalah makhluk berjasmani, sehingga perilakunya
terpengaruh oleh insting atau kebutuhan jasmaninya. Mc Dougall misalnya,
berpendapat bahwa tingkah laku terdiri dari pemikiran tentang tujuan, perasaan
subjektif, dan dorongan mencapai kepuasan. Insting itu memiliki tujuan dan
memerlukan pemuasan. Tingkah laku insting tersebut dapat diaktifkan,
dimodifikasi, dipicu secara spontan, dan dapat diorganisasikan. Diantara insting
yang penting adalah memelihara, mencari makan, melarikan diri, berkelompok,
mempertahankan diri, rasa ingin tahu, membangun, dan kawin.
Segenap
insting manusia dapat dibedakan menjaadi dua jenis, yaitu insting kehidupan (life
instincst) dan insting kematian (death instincts). Insting-insting
kehidupan terdiri dari insting yang bertujuan memelihara kelangsungan hidup. Insting
kehidupan tersebut berupa makan, minum, istirahat, dan memelihara keturunan.
Insting kematian tertuju pada penghancuran, seperti merusak, menganiaya, atau
membunuh orang lain atau diri sendiri.
2.
Motivasi sekunder
Motivasi
sekunder adalah motivasi yang dipelajari. Hal ini berbeda motivasi primer.
Sebagai ilustrasi, orang yang lapar akan tertarik pada makanan tanpa belajar.
Untuk memperoleh makanan tersebut orang harus bekerja terlebih dahulu. Agar
dapat bekerja ddengan baik, orang harus belajar bekerja. “Bekerja dengan baik”
merupakan motivasi sekunder. Bila orang bekerja dengan baik, maka ia memperoleh
gaji berupa uang. Uang tersebut merupakan penguat motivasi sekunder. Uang
merupakan penguat umum, agar orang bekerja dengan baik. Bila orang memiliki
uang, setelah ia bekerja dengan baik maka ia dapat membelin makanan untuk
menghilangkan rasa lapar.
Motivasi
sosial atau motivasi sekunder memegang peranan penting bagi kehidupan manusia.
Para ahli membagi motivasi sekunder tersebut menurut pandangan yang
berbeda-beda. Thomas dan Znaniecki menggolong-golongkam motivasi sekunder menjadi
keinginan-keinginan
1) Memperoleh pengalaman baru
2) Untuk mendapat respon
3) Memperoleh pengakuan
4) Memperoleh rasa aman.
Mc
Cleland menggolongkannya menjadi kebutuhan-kebutuhan untuk berprestasi, seperti
bekerja dengan kualitas produksi tinggi, dan memperoleh IPK 3,50 ke atas, memperoleh
kasih sayang, seperti rela berkoban untuk sesama, dan memperoleh
kekuasaan, seperti kesetiaan pada tujuan perkumpulan. (Dimyati, dkk, Belajar
dan Pembelajaran, 2009 : 86-88)
C. Sifat motivasi
Sifat motivasi
ada dua macam :
1.
Motivasi internal (intrinsik)
Motivasi
internal (intrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang yang
dikarenakan orang tersebut senang melakukannya. Sebagai ilustrasi, seorang
siswa membaca sebuah buku, karena ia ingin mengetahui kisah seorang tokoh,
bukan karena tugas sekolah. Motivasi memang mendorong terus, dan memberi energi
pada tingkah laku. Setelah siswa tersebut menamatkan sebuah buku maka ia
mencari buku lain untuk memahami tokoh yang lain. Keberhasilan membaca sebuah
buku akan menimbulkan keinginan baru untuk membaca buku yang lain. Dalam hal
ini, motivasi intrinsik tersebut telah mengarah pada timbulnya motivasi berprestai.
Menurut
Monks, motivasi berprestasi telah muncul pada saat anak berusia balita. Hal ini
berarti bahwa motivasi intrinsik perlu diperhatikan oleh para guru sejak TK,
SD, dan SLTP. Pada usia ini para guru masih memberi tekanan pada pendidikan kepribadian,
khususnya disiplin diri untuk beremansipasi. Penguatan terhadap motivasi
intrinsik perlu diperhatikan, sebab disiplin diri merupakan kunci keberhasilan
belajar. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009 : 90-91)
Lepper
dan Ryan menjelaskan bahwa motivasi intrinsik didefisinikan sebagai ketertarikan
dan kenyamanan di dalam melakukan
aktivitas di dalam pekerjaan itu sendiri, sedangkan Hirst (1988) mengatakan
bahwa motivasi intrinsik adalah keyakinan individu tentang tingkat, yang mana
sesuatu aktiviatas dapat dilakukan dengan nyaman dan atas dasar keinginan diri
sendiri. Konsep dari motivasi intrinsik tidak hanya ada pada definisi
praktisnya, tetapi konsep motivasi intrinsik juga masuk dalam teori-teori utama
di dalam motivasi kerja, seperti teori hierarkinya Maslow yang menyatakan babwa
motivasi intrinsik ada di dalam hierarki yang
paling tinggi, yaitu aktualisasi
diri. Pendapat ahli lain mengenai motivasi intrinsik dikemukakan oleh Beach
(1980). Ia mengatakan bahwa motivasi intrinsik sebagai suatu hal yang terjadi
ketika seseorang menikmati suatu aktivitas dan memperoleh kepuasan selama
melakukan tugas dari aktivitas tersebut.
Telaah
dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli di atas dapat
diambil intisari bahwa motivasi intrinsik merupakan suatu bentuk motivasi dari
dalam diri individu dalam menyikapi suatu tugas dan pekerjaan yang diberikan
kepa individu dan membuat tugas dan pekerjaan tersebut mampu memberikan
kekuatan batin bagi individu sendiri. ( M. Nur Ghufron, dkk, Teori-teori
Psiologi, 2011: 86-87)
2.
Motivasi eksternal (ekstrinsik)
Motivasi
ekternal (ekstrinsik) adalah dorongan terhadap perilaku seseorang tang
ada di luar perbuatan yang dilakukannya. Orang berbuat sesuatu, karena dorongan
dari luar seperti adanya hadiah dan menghindari hukuman. Sebagai ilustrasi,
seorang siswa kelas satu SMP belum mengetahui tujuan belajar di SMP. Semula ia
hanya ingign ikut-ikutan belajar di SMP karena teman sebayanya juga belajar di
SMP. Berkat penjelasan wali kelas satu SMP, ssiswa memahami faedah belajar di
SMP bagi dirinya. Siswa tersebut belajar dengan giat dan bersemangat. Hasil
belajar siswa tersebut sangat baik, dan ia berhasil lulus SMP dengan NEM sangat
baik. Ia menyadari pentingnya belajar dan melanjutkan pelajaran di SMA.Di SMA ia
belajar dengan penuh semangat karena ia ingin masuk AKABRI. Berkat ketekunan
dan semangat belajarnya maka ia lulus SMA dengan nilai sangat baik, dan
diterima di AKABRI.
Dalam
contoh tersebut, motivasi ekstrinsik membuat siswa yang belajar dengan
tujuannya sendiri, berkat informasi guru. Selanjutnya siswa menyadari
pentingnya belajar, dan ia belajar bersungguh-sungguh penuh semangat. Dalam hal
ini motivasi ekstrinsik dapat berubah menjadi motivasi instrinsik, yaitu pada
saat siswa menyadari pentingnya belajar, dan ia belajar dengan sungguh-sungguh
tanpa disuruh orang lain. (Dimyati, dkk, Belajar dan Pembelajaran, 2009: 91)
D.
Motivasi Belajar
Motivasi
belajar merupakan suatu peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan
untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi belajar yang tinggi tercemin dari
kekuatan, ketekunan, keuletan dan tidak mudah patah untuk mencapi
kesuksesan meskipun dihadang oleh badai
kesulitan yang selalu menghantu-hantuinya.
Ada banyak faktor yang berperan dalam
mempengaruhi motivasi belajar seorang siswa atau murid. Beberapa diantaranya
dikemukakan oleh beberapa ahli sebagai berikut :
1.
Menurut
Muhidin Syah (1995:108-115), ada 2 faktor yang berperan dalam mempengaruhi
motivasi belajar siswa yaitu :
1)
Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri manusia itu sendiri yang berupa
sikap, kepribadian, pendidikan, pengalaman dan cita-cita.
2)
Faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu sendiri yang
terdiri dari :
a)
Lingkungan
sosial, yang meliputi lingkungan masyarakat, tetangga, teman, orangtua/keluarga
dan teman sekolah.
b) Lingkungan non sosial meliputi keadaan gedung sekolah, letak
sekolah, jarak tempat tinggal dengan sekolah, alat-alat belajar, kondisi
ekonomi orangtua dan lain-lain.
2.
Sumanto
menggolongkan 3 faktor yang berpengaruh terhadap motivasi siswa :
1)
Faktor-faktor
stimulasi belajar
Yang dimaksud
faktor stimulasi belajar adalah segala hal di luar individu itu untuk
mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimulasi dalam penelitian ini
mencakup materil serta suasana lingkungan yang ada di sekitar siswa.
2)
Faktor
metode belajar
Metode yang
dipakai guru sangat mempengaruhi belajar siswa. Metode yang menarik dapat menimbulkan
rangsangan dari siswa untuk meniru dan mengaplikasikannya dalam cara
belajarnya.
Maka
guru selayaknya untuk selalu memanfaatkan media dan model pembelajaran yang
bervariasi dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian jelas siswa akan
lebih tumbuh serta berkembang dalam upayanya mencapai tujuan pembelajaran.
Tanpa dibarengi usaha guru yang keras, maka kegiatan belajar mengajar hanya
berlangsung jika guru selalu tatap muka, selebihnya siswa akan selalu bersikap
pasif.
3.
Menurut
Brophy (2004), terdapat lima faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar
siwa, yaitu Harapan guru, Instruksi langsung, Umpanbalik (feedback) yang tepat,
Penguatan dan hadiah dan Hukuman.
E.
Tips Menumbuhkan Motivasi Belajar
Terkadang kita merasakan kejenuhan, tidak bersemangat dalam
menjalani hidup. Anda merasa butuh adanya motivasi dari orang lain. Mungkin
cara ini bisa berhasil. Namun, untuk kemudian bisa berubah dan bersemangat,
kuncinya ada pada diri Anda sendiri. Tidak ada seorang pun yang bisa memberikan
motivasi lebih baik, selain diri kita sendiri. Ada beberapa tips untuk memotivasi
diri sendiri, yaitu :
1) Menetapkan
visi
Setiap pelajar hendaknya memiliki visi yang jelas. Untuk apa dia
belajar? Apa yang diharapkan begitu ia menyelesaikan studinya? Dengan demikian,
ia tidak akan asal saja dalam menjalani proses studinya.
2) Belajar bukan karena paksaan
Jadikan
belajar sebagai makanan, dimana Anda akan lapar jika tidak melakukannya. Buat
bagaimana caranya agar belajar menjadi aktivitas yang menyenangkan, bukan suatu
paksaan.
3) Fokus
Sebuah
ungkapan yang sangat bagus untuk memotivasi pelajar adalah “kehidupan
tidak akan pernah menjadi luar biasa tanpa fokus, dedikasi dan disiplin”.
Dengan fokus, maka akan membuat Anda lebih tajam dalam menentukan sasaran.
Ibaratnya, sinar matahari tidak akan bisa membakar kertas, akan tetapi jika
sinar ini difokuskan lewat sebuah kaca pembesar, sinar ini mampu membakar tidak
hanya kertas, tapi bahkan daging pun bisa matang terbakar.
4) Tidak
ada kamus menyerah
Setiap orang pastinya pernah mengalami kegagalan. Mungkin Anda juga
pernah mengalaminya. Bisa jadi Anda sudah bersusah payah, berjuang, belajar,
namun Anda tidak mendapatkan hasil yang Anda inginkan. Namun Kesuksesan akan
mendatangi siapa saja yang tidak takut terhadap kegagalan.
5) Membutuhkan
waktu dan kesabaran
Kata-kata seorang Napoleon Hill mungkin bisa dijadikan motivasi
pelajar: “kesabaran, keteguhan hati, dan kerja keras adalah kombinasi untuk
sukses. Karenanya, jika Anda ingin sukses, maka Anda harus siap menjalani
prosesnya.
Itu
adalah beberapa tips untuk memotivasi diri kita dalam hal belajar. Nah yang berikut
adalah beberapa tips yang cocok dogunakan oleh guru untuk memotivasi siswanya :
1) Pemberian angka, hal ini disebabkan karena banyak siswa belajar
dengan tujuan utama yaitu untuk mencapai angka/nilai yang baik.
2) Persaingan/kompetisi
3) Ego-involvement, yaitu menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar
merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja
keras dengan mempertaruhkan harga diri.
4) Memberi ulangan, hal ini disebabkan karena para siswa akan menjadi
giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.
5) Memberitahukan hasil, hal ini akan mendorong siswa untuk lebih giat
belajar terutama kalau terjadi kemajuan.
6) Pujian, jika ada siswa yang berhasil menyelesaikan tugas dengan
baik, hal ini merupakan bentuk penguatan positif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Motivasi bertujuan
memberikan dorongan, semangat, dan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan,
pekerjaan, atau tindakan tertentu dalam mewujudkan dan mencapai tujuan yang
diinginkan. Motivasi itu muncul pada diri seseorang karena ada faktor baik dari
dalam maupun dari luar dirinya.
Peningkatan motivasi
belajar anak didik sangat ditentukan oleh kreatifitas dan keterampilan seorang
guru. Semakin terampil seorang guru dalam mendidik muridnya, maka motivasi
belajar siswanya pun akan meningkat. Dengan menigkatnya motivasi belajar siswa,
maka proses belajar pun akan berjalan dengan baik.
B.
Saran
Dalam pembahasan penulisan makalah ini,
maka secara tersurat maupun tersirat makalah ini masih sangat jauh dari
sempurna. Oleh sebab itu, penulis akan sangat menghargai dan mengucapkan
terimakasih kepada para pembaca yang memberikan kritik dan saran untuk perbaikan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur, Alex. 2003. psikologi umum. Bandung : Pustaka Setia.
Dimyati, dkk. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Ghufron, M. Nur, dkk. 2011. Teori-teori Psiologi.
Jogjakarta: Ar Ruzza Media.
Munawwir, M. 2010. Majalah buletin Jama’ah Manarul Islam Almanar.
Pasuruan : Almanar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar