prinsip-prinsip psikologi perkembangan manusia
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap
fase atau periode perkembangan pada dasarnya selalu bertalian erat dengan
periode perkembangan yang mendahuluinya. Hal ini membuktikan bahwa manusia
merupakan kesatuan yang bulat. Dan tujuan yang terkandung dalam setiap perkembangan
adalah menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri.
Sesuai
dengan individualitas anak yang memiliki ciri-ciri atau karakteristik,
perkembangan antara dua individu anak itu tidak mungkin bisa sama benar.
Sekalipun terdapat perbedaan perkembangan yang bersifat individual, kita dapat
melihat adanya “hukum” atau cara tertentu bagi semua perkembangan individu yang
sejenis. Istilah hukum diberi tanda petik karena segala sesuatu yang disebut
sebagai hukum dalam psikologo sebenarnya merupakan kecenderungan atau
tendensi (Kartono, 1979)
Dalam
peristiwa ilmu alam, terdapat unsur-unsur kemantapan, konstanta, dan
konsistensi. Dengan ciri-ciri demikian orang kemudian membuat hukum-hukum alam.
Sebaliknya, berbagai gejala psikis tersebut tidak menunjukkan ulangan peristiwa
secara mantap dan identik sama dengan peristiwa-peristiwa yang mendahului,
melainkan hanya menampakkan adanya kecenderungan. Karena itu psikologi pada
dasarnya menghindari penggunaan istilah “hukum” dan lebiih suka menggunakan
istilah patokan, kaidah, aturan atau prinsip.
Secara
spesifik, prinsip perkembangan dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan yang
menyatakan kesamaan sifat dan hakikat dalam perkembangan”. Bisa pula, dikatakan
prinsip perkembangan adalah “patokan generalisai mengenai sebab dan akibat
terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri manusia.
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PRINSIP-PRINSIP PSIKOLOGI PERKEMBANGAN MANUSIA
1.
Prinsip-Prinsip
Pertumbuhan dan Perkembangan Menurut Para Ahli
a.
Menurut
william stern
Ia berpendapat bukanlah unsur yang menjadi titik pangkal
perkembangan jiwa, melainkan kesatuan kehidupan pribadi yang bekerja sendiri.
Lebih jelasnya person/ pribadi seseorang secara utuh itulah yang
menentukan jalannya perkembangan dan bukan fungsi jiwa yang terpisah-pisah.
Atas pandangan inilah, W. Stern akhirnya memunculkan teori konvergensi.
b.
Menurut
J. L. Moreno
Moreno memiliki kedudukan yang khas dalam sejarah psikologi
perkembangan. Dia menolak adanya pandangan bahwa pandangan anak-anak itu
semata-mata tergantung pada kenyataan
pada diri mereka yang masih lemah dan pengaruh lingkungan. Sebaliknya menurut
Moreno, bahwa ada kesempatan bagi setiap anak untuk memilih sendiri jalan
perkembangannya. Dengan demikian, dasar perkembangan manusia itu berada pada
diri masing-masing ketika dalam usia anak-anak. Atas dasar pandangan ini, kata
Moreno, maka pendidikan punya kemungkinan untuk dilaksanakan.
c.
Menurut
Jean Piaget
Piaget adalah orang yang paling banyak memperhatikan perkembangan
anak-anak hingga usia 7 tahun. Ia memandang bahwa pada setiap anak terdapat dua
faktor, yaitu pengenalan dan perasaan. Keduanya berguna untuk penyesuaian
ruhani terhadap lingkungan. Katanya pula bahwa dalam ruhani anak terdapat
fungsi pikiran. Akan tetapi, kecakapan berpikir secara logis [1]tidak
dibawa anak secara lahir. Kecakapn berpikir baru timbul setelah ia mencapai
taraf perkembangan tertentu.
d.
Menurut
Montessori
Menurutnya, tiap fase perkembangan itu mempunyai arti bilogis.
Kodrat alam mempunyai rencana tertentu berdasarkan dua asas pokok yaitu:
1.
Asas
kebutuhan vitas, terkenal dengan masa peka
2.
Asas
kesibukan
Perkembangan
jiwa tidak harus dipahami sebagai perkembangan fungsi-fungsi yang saling
mempengaruhi satu dengan yang lain, tetapi harus dimengerti sebagai perwujudan
dari suatu rencana tempat kekuatan jasmani ruhani dalam struktur yang berurutan
memperoleh pelajaran (latihan) yang penting untuk pembentukan yang tetap.
e.
Menurut
J. B. Watson dan Pavlov
Keduanya menyatakan bahwa perkembangan itu pada hakikatnya
merupakan kumpulan dari sejumlah refleks yang karena sudah terlatih sedemikian
rupa hingga akhirnya membentuk tingkah laku seseorang yang bersifat konstan,
atau bisa diartikan sebagai gerak spontan yang bersifat otomatis. Inilah yang
menurutnya disebut dengan refleks wajar tang masih murni, yang asli dibawa
sejak lahir. Setelah mendapat latihan dan pembiasaan, lalu disebut dengan
refleks bersyarat. Jadi, menurutnya, perkembangan merupakan proses terbentuknya
refleks wajar menjadi refleks bersyarat.[2]
Dari beberapa pendapat para ahli diatas penulis dapat menyimpulkan
bahwa prinsip-prinsip perkembangan
manusia, yaitu timbul dari kepribadian seseorang yang bisa memilah-milah,
perkembangan tersebut tidak bisa di pandang satu sisi melainkan dua sisi yaitu jasmani dan rohani yang mana
perkembangan itu merupakan kumpulan reflek yang perlu di bimbing sehingga
akhirnya membentuk manusia yang mempunyai tingkah laku yang baik.
B.
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN YANG TERJADI PADA UMUMNYA
1.
Perkembangan
Merupakan Proses yang Tidak Pernah Berhenti (never ending proces)
Manusia secara terus menerus berkembang atau berubah yang di
pengaruhi oleh pengalaman atau belajar sepanjang hidupnya. Perkembangan
berlangsung terus menerus sjak masa konsepsi sampai mencapai kematangan atau
masa tua.
2.
Semua
Aspek Perkembangan Saling Mempengaruhi
Setiap aspek perkembangan individi, baik fisik, emosi, intelgensi
maupun sosial, satu sama lainnya saling mempengaruhi. Terdapat hubungan atau
korelasi yang positif di antara aspek tersebut. Apabila seorang anak dalam pertumbuhan
fisiknya mengalami gangguan (sering sakit-sakitan), maka dia akan mengalami
kemandegan dalam perkembangan aspek lainnya, seperti kecerdasannya kurang
berkembang dan mengalami kelabilan emosional.
3.
Perkembangan
itu Mengikuti Pola Arah Tertentu
Perkembangan terjadi secara teratur mengikuti pola atau arah
tertentu. Setiap tahapan perkembangan merupakan hasil perkembangan dari tahap
sebelumnya yang merupakan prasarat bagi perkembangan selanjutnya. Contohnya,
untuk dapat berjalan seorang anak harus dapat berdiri terlebih dahulu dan
berjalan merupakan prasyarat bagi perkembangan selanjutnya,yaitu berlari atau
meloncat.
4.
Perkembangan
Terjadi Pada Tempo yang Berlainan
Perkembangan fisik dan mental mencapai kematangannya yang terjadi
pada waktu dan tempo yang berbeda (ada yang cepat ada yang lambat). umpamanya
[a] otak mencapai bentuk ukurannya yang sempurna pada umur 6-8 tahun; [b]
tangan, kaki, dan hidung mencapai perkembangan yang maksimum pada masa remaja;
dan [c] imajinasi kreatif berkembang dangan cepat pada masa kanak-kanak dan
mencapai puncaknya masa remaja.
5.
Setiap
Fase Perkembangan Mempunyai Ciri Khas
Prinsip ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: [a]
sampai usia dua tahun anak memusatkan untuk mengenal lingkungannya, menguasai
gerak-gerik fisik dan belajar berbicara, [b] pada usia tiga sampai enam tahun,
perkembangan dipusatkan untuk menjadi manusia sosial (belajar bergaul dengan
orang lain).
6.
Setiap
Individu yang Normal Akan Mengalami Tahapan/Fase Perkembangan
Prinsip ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan
berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan: bayi,
kanak-kanak, remaja, dewasa dan masa tua.[3]
C.
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN DAN APLIKASINYA DALAM PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
Tingkat keberhasilan mengajar sebagian besar tergsntung pada taraf
kepekaan tahap kemajuan perkembangan timbulnya kebutuhan dan kemampuan
–kemampuan pembawaan dalam belajar. Seoarang guru benar benar mendasarkan pada
subject matter yang akan diajarkan. Dia pun harus memahami (1) sifat-sifat
murid pribadi dan kemungkinan-kemungkinan perkembangannya; (2) penyesuaian
penyesuaian pribadi dan sosial yang akan ditempuh oleh setiap anak mudah dalam
lingkungan kulturalnya yang sekarang; dan (3) faktor-faktor psikologis dalam
proses belajar mengajar. Adapun prinsip-prinsip perkebangan aplikasinya bagi
pembelajaran adalah sebagai brikut.
1.
Prinsip
Ketuhanan Organisme
Aplikasi dalam pembelajaran guru harus melaksanakan asas korelasi
dan kurikulum pendidikan harus bersifat interaksi.
2.
Prinsip
Tempo dan Irama Perkembangan.
3.
Prinsip
Pola untuk Perkembangan.
ü Pertumbuhan dan perkembangan mengikuti pola perkembangan yang sama,
yaitu guru harus menyesuaikan sistem pendidikan yang digunakan.
Contoh sistem
clasikal, yaitu anak dapat dikelompokkan sesuai dengan tingkat kemampuan
perkembangan siswa.
ü Sekolah dapat menyediakan sarana atau media pembelajaran yang
disesuaikan dengan perkembangan siswa.
4.
Prinsip
Konvergensi
Karena pertumbuhan dan perkembangan ditentukan oleh hereditas dan
lingkungan; maka:
ü Pendidikan harus dapat mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki
oleh masing-nasing anak.
ü Upaya pendidikan di batasi oleh kemanpuan anak.
5.
Prinsip
Bimbingan
Perlu bantuan yang diberikan secara sadar oleh orang dewasa
ü Perlu ada perencanaan
ü Perlu ada bimbingan bagi murid yang mengalami permasalahan belajar
6.
Prinsip
Pematangan
Pertumbuhan dan perkembangan akan terjadi bila sudah waktunya untuk
tumbuh dan berkembang sehingga dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan
siswa.
7.
Prinsip
Fungsional dan Dinamis
Peristiwa dan oerkebangan akan menjadi dasar untuk peristiwa
perkembangan selanjutnya dinamis adalah menuju ke arah kesempurnaan.[4]
Dari beberapa
penjelasan di atas, prinsip-prinsip perkembangan pada dasarnya mengacu:
1.
Kontribusi
perkembangan pada pembelajaran.
2.
Mempertinggi/
memperluas perkembangan pengalaman yang pokok/ dasar.
3.
Kekuatan
perkembangan tergantung pada bahasa.
4.
Perkembangan
adalah berlangsung terus- menerus dan relatif tertib/ rapi.
5.
Orang/
pribadi berkembang pada kecepatan yang berbeda.
6.
Perkembangan
dipengaruhi oleh kematangan, keturunan, dan umur (secara pribadi).
D.
SECARA GARIS BESAR, PERISTIWA PERKEMBANGAN MEMPUNYAI ATAU MENGIKUTI
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN SEBAGAI BERIKUT:
1.
Perkembangan
tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progesif, teratur,
koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap perkembangan dengan tahap perkembangan
berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2.
Perkembangan
selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi. Proses diferensasi artinya ada
prinsip totalitas pada diri anak. Dari penghayatan totalitas itu, lambat laun
bagian-bagiannya bertumbuh menjadi sangat nyata dan bertambah jelas dalam
rangka keseluruhan.
3.
Perkembangan
dimulai dari respon-respon yang sifatnya umum mejadi khusus. Contoh, seorang
bayi mula-mula akan beraksi tersenyun bila melihat setiap wajah manusia. Dengan
bertambahnya usia bayi, ia mulai bisa membedakan wajah-wajah tertentu.
4.
Setiap
orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara
berantai. Walaupun tidak ada garis
pemisah yang jelas antara satu fase dan fase yang lain, tahapan perkembangan
ini sifatnya universal. Sebagai contoh, perkembangan anak yang normal akan
tampak berturur- turut: memiringkan badan, telungkup, mengangkat kepala, duduk,
merangkak, berjalan dengan bantuan, akhirnya berjalan.
5.
Setiap
anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri. Dengan kata lain,
ada anak yang perkebangannya cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat. Jadi
perkebangan anak yang satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam
perkambangan organ atau aspek kejiwaannya maupun cepat atau lambatnya
perkembanga tersebut.
Perkembangan, baik fungsi jasmani maupun fumgsi rohani, tidaklah
dapat disamakan waktunya. Misalnya lama perkembangan anak untuk fungsi
merangkak, dan lain-lain demikian pula untuk perkembangan suatu fungsi rohani,
seperti lamanya kecepatan waktu untuk mengartikan suatu kalimat bahasa akan berbeda dengan kcepatan lamanya
untuk fungsi berfikir.
Tempo perkembangan manusia pada umumnya terbagi dalam katogori:
cepat, sedang dan lambat. Tempo perkembangan yang terlalu cepat atau terlalu
lambat, biasanya menunjukkan kelainan yang relatif sangat jarang terjadi.
6.
Di
dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses
perkembangan. Artinya proses perkembangan manusia itu tidak tetap, terkadang
naik, terkadang turun pada suatu saat anak mengalmi perkembangan yang tenang
dan pada saat lain, ia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. Jadi, irama
perkembangan itu tidak menetap. Adakalanya tenang, adakalanya goncang.
7.
Setiap
anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat
mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa
tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang, pangan, papan,
dan penddidikan.
8.
Dalam
perkembangan terdapat peka. Masa peka ialah suatu masa dalam perkebangan anak,
saat suatu fungsi jasmani ataupu rohani, dapat berkembang dengan cepat jika
medapat latihan yang baik dan kontinyu. Masa peka diantara anak yang satu
dengan anak yang lainnya tidah mudah untuk di ketahui, karena hal ini mmerlukan
penelitihan yang seksama melalui berbagai percobaan. Misalnya, untuk menentukan
apakah seorang anak sudah mengalami masa peka bagi pembuatan kerajinan tangan
tertentu dan lain-lain. Suatu gejala kepekaan seyogjanya diselidiki dengan
percobaan, yaitu apakah anak tersebut sudah tampak terarah minatnya pada suatu
fungsi tersebut apa belum.
9.
Perkembangan
tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan
sejak lahir, tetapi juga oleh lingkungan. Anak manusia dengan bakat pembawaanya
itu, hanyalah merupakan bakat-bakat yang tersedia untuk memberikan kemungkinan-kemungkinan
berkembang saja. Agar bakat yang tersedia itu dapat berkembang dengan
sebaik-baiknya, diperlukan adanya suatu
proses menjadi matang, pemberian kesempatan kemungkinan berkembang dari alam
sekitarnya, serta memeliharaan yang kontinyu dari manusia-manusia dewasa, baik
secara langsung maupun tidak langsung.[5]
Sebagai contoh, dapat dikemukakan bahwa anak yang normal, menurut
bakat dan pembawaannya memiliki sifat-sifat untuk berbicara. Namun demikian,
untuk berbicara tersebut mereka mendengar kata-kata dan kalimat bahasa dalam
pergaulan dengan alam sekitarnya. Seorang anak keturunan Inggris yang baru
lahir dan dibesarkan di Indonesia, serta dipelihara oleh orang Indonesia dan
dalam pemeliharaannya sehari-harinya menggunakan bahasa Indonesia, tidak
mungkin bisa berbahasa Inggris, karena pendidikannya, termasuk pergaulan
sehari-harinya, tidak memberikan kesempatan untuk berbicara bahasa Inggris.
Seorang anak yang lahir dalam keadaan tuli, walaupun alat-alat
bicaranya cukup baik dan menurut pembawaannya manusia itu adalah makhluk yang
dapat berbicara, karena kesempatan berbicara untuk belajar terganggu (alat
pendengarannya rusak), ia tidak mungkin dapat berbicara dan mengenal
bahasa.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Perkembangan
tidak terbatas dalam arti timbul menjadi besar, namun mencakup rangkaian perubahan yang bersifat progesif, teratur,
koheren dan kesinambungan. Jadi, antara satu tahap perkembangan dengan tahap perkembangan
berikutnya tidak terlepas, berdiri sendiri –sendiri.
2.
Perkembangan
selalu menuju proses diferensiasi dan integrasi.
3.
Perkembangan
dimulai dari proses-proses yang sifatnya umum mejadi khusus.
4.
Setiap
orang akan mengalami tahapan perkembangan yang berlangsung secara
berantai.
5.
Setiap
anak mempunyai tempo kecekapan perkembangan sendiri-sendiri.
6.
Di
dalam perkembangan, dikenal adanya irama atau naik turunnya proses
perkembangan.
7.
Setiap
anak, seperti juga organisme lainnya, memiliki dorongan dan hasrat
mempertahankan diri dri beberapa hal-hal yang negatif, seperti rasa sakit, rasa
tidak aman, kematian dan sterusnya. Mereka memerlukan sandang, pangan, papan,
dan penddidikan.
8.
Dalam
perkembangan terdapat peka.
9.
Perkembangan
tiap-tiap anak pada dasarnya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan sejak
lahir, tetapi juga oleh lingkungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Dr. H. Syamsul Yusuf LN, Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2008
Drs. Alex Sobur, Psikologi Umum,
Pustaka Setia, Bandung, 2003
Drs. H. A bu Ahmadi, Psikologi
Umum, PT. Reneka Cipta, Jakarta, 2009
F. J. Monks A. M. P. Knoers dan Siti
Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, Gajah Mada University Press,
Jogjakarta, 2006
M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S,
Teori-Teori Psikologi, Ar Ruzz Media, Yogjakarta, 2011.
Prof. Dr. H. Baharuddin, Pendidikan
dan Psikologi Perkembangan, Ar Ruzz Media, Yogjakarta, 2009
Prof. Drs. Agoes Soejanto, psikologi
perkembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005
[2] Prof. Dr. H.
Baharuddin, M. Pd. I, pendidikan dan psikologi perkembangan , Yoggyakarta,
Ar Ruzz Media, 2010, hal. 74-76
[3] Dr. H. Syamsu
Yusuf, LN., M. Pd.I, Psikilogi Perkembangan Anak Dan Remaja, Bandung,
PT. Remaja Rusda Karya, 2009, hal. 17-20
[4] Prof. Dr. H.
Baharuddin, M. Pd. I, pendidikan dan psikologi perkembangan , Yoggyakarta,
Ar Ruzz Media, 2010, hal. 76-78
[5]
Drs. Alex Sobur, M.si Psikologi Umum Bandung, Pustaka Setia, 2009, hl. 141-145
Tidak ada komentar:
Posting Komentar