Rabu, 20 Maret 2013

proposal



PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
(Studi Kasus di SMK Ihsanniat Rejoagung Ngoro Jombang)
A. LatarBelakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalaui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang. Ahmad D. Marimba, mengatakan bahwa pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap terhadap perkembangan jasmani dan ruhani anak didik menuju kepribadian yang utama. Jadi, pendidikan dapat diartikan sebagi usaha untuk membina kepribadian manusia sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demilian, bagaimanapun sederhananya suatu peradapan, dalamnya pasti berlangsung apa yang disebut dengan proses pendidikan.
Di samping karna pendidikan sangat penting baagi umat manusia, juga pendidikan merupakan bagian terpenting bagi negara maupun pemerintah. Pada era reformasi ini, pembaruan demi pembaruan selalu diupayakan agar pendidikan benar-benar memberikan kontribusi yang signifikan dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi cita-cita setiap orang yang mencintai perbaikan karna pendidikan merupakan salah satu media dalam mengangkat masyarakat dan menyadarkan mereka untuk dapat menuju kebahagiaan dan kesempuraan kehidupan.
Beberapa perbaikan (perubahan) yang diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan adalah dilakuakannya penyempurnaan dibanyak bidang: kurikulum, proses belajar mengajar, buku-buku pelajaran, metode evaluasi, dan penyempurnaan proses bimbingan pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan pembaharuan  sistem pendidikan tersebut, dapat diperoleh hasil pendidikan yang maksimal.[1]
Didalam pendidikan ada kegiatan pembelajaran yaitu proses yang identik dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru sebagai arsitek kegiatan belajar, agar terjadi kegiatan belajar.[2] Bahaudin, (2007: 116) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegitan pembelajaran tampaknya lebih dari sekedar mengajar, tetapi juga upaya membangkitkan minat, motivasi, dan pemolesan aktivitas belajar, agar kegiatan mereka menjadi dinamis.
 Jadi pembelajaran subtansinya adalah kegitan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajar materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik. Dengan kata lain pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam menciptakan kegiatan belajat materi tertentu yang kondusif untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegitan mengajar yang dilakuakan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajar bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusi untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.
Dalam pembelajaran, terlihat bahwa guru merupakan faktor yang penting dalam proses pemudahan belajar. Oleh karna itu, akhir-akhir ini guru itu disebut “pemudah” atau “fasilitator”. Dalam usaha pemudahan ini guru memerlukan cara-cara (metode) tertentu yang disesuaikan dengan keperluan.[3]
Didasari atau tidak, tujuan guru dalam menyajikan materi pelajaran adalah mencerdaskan peserta didik dalam mata pelajaran yang diajarkan. Jika ini telah disadari, maka selayaknya kita puasatkan perhatian kita kepada pembelajaran. Hal ini ditegaskan, karna dalam kenyataan masih banyak pengajaran di dalam kelas yang terfokus pada guru. Apabila disepakati bahwa progam-progam pengajaran bahasa adalah untuk melayani peserta didik, maka seyogyanyalah difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Dengan demikian, analisis kebutuhanpun akan mendapatkan pula dibidang pengajaran.[4]
Mengingat metode pengajran bahasa arab memiliki peran penting dalam proses pembelajaran, maka menjadi tnggung jawab guru (bahasa arab) untuk berkreasi mengembangkan, merevolusi atau bahkan menciptakan suatu metode yang cocok untuk diterapkan semua golongan. Metode secara umum adalah segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik itu pengajaran matematika, kesenian, ilmu alam, dan lain sebagainya. Semua proses pengajaran yang baik maupun yang jelek pasti memuat berbagai usaha, memuat berbagai aturan serta didalamnya terdapat sarana dan gaya penyajian. Dan tidak mungkin sebuah proses pengajaran tanpa adanya usaha untuk menyampaikan sesuatu kepada pembelajar.
Oleh sebab itu metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, serta penyajian ateri kebahasaan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan itu adalah sesuatu yangbersifat prinsip filosifis, sedangkan metode itu adalan sesuatu yang bersifat praktis. Atau dengan kata lain pendekatan itu sesuatu yang abstrak, sedangkan kongritnya adalah tercemin dalam metode.[5]
Metode menurut Azhar Arsyad adalah rencana menyeluruh yang berkenan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semua berdasarkan pendekatan yang sifatnya procedural.  
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembeljaran akan dapat dicapai dengan pengguanaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu tujuan. Metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacm-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan suatu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untukmenggairahkan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.[6]
Untuk menunbuhkan motivasi dan minat para siswa khususnya dan umumnya masyarakat indonesia untuk mempelajari bahasa arab, maka diharapkan para pendukung bahasa arab yang dalam halinni para pengajar bahasa arab untuk lebih kreatif dalam menciptakan metode-metode yang sesuai dengan kondisi belajar siswa dan peserta didik pada umumnya. Sehingga dapat menggambarkan lingkungan budaya belajar (siswa), sehingga bahasa arab tidak dianggap sebagai bahasa yang sulit dan angker.
Berikut ini akan dipaparkan berbagai metode pengajaran bahasa arab  yaitu: 1) metode bercakap-cakap (muhadatsah), pembelajaran bahasa arab pertama-tama harus dimulai dengan  bercakap-cakap (muhadtsah). Sebab tujuan utama dari pengajaran bahasa arab adalah agar siswa mampuberbicara dalam percakapan sehari- hari dengan berbahasa arab, baca al-quran dan do’a-do’a. 2) Metode Muthola’ah (membaca) metode ini adalah cara menyajikan pek-lajaran dengan cara membaca baik membaca dengan bersuara maupun membaca dalam hati. 3) Metode Imla’ (Metode Mendikte), dalam metode ini pendidik membacakan pelajaran, dengan menyuruh siswa/peseta didik menulis dibuku tulis atau catatannya masing-masing. 4) Metode Insya’ (mengarang), metode ini adlah cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara menyuruh siswa mengarang dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan pengalaman yang dimilikinya. 5) Metode Muhfudzat (menghafal), metode ini dalah cara menyajikan materi bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain yang menarik hati. Metode ini difokuskan pada penguasaan kosa kata dan memperbanyak perbendaharaan kosa kata. 6) Metode Qowaid (Nahwu Shorof), metode ini dalam bahas Arab searti dengan tata bahasa. Nahwu merupakan kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir karna adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, nahwu itu dipelajari agar pengguna bahasa manpu menyampaikan ungkapan bahasa dan mampu memahaminya dengan benar baik dalam bentuk tulisan (membaca menulis dengan benar) mampu dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar).[7]  
Pentingnya dalam mempelajari bahasa arab. Sesungguhnya Allah swt telah memilih bahasa Arab sebagai bahasa penutup risalah-Nya (wahyu-Nya). Hal ini telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an dalam banyak tempat dan secara jelas bahwasanya risalah-Nya yang terakhir diturunkan dalam bahasa Arab. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa al–Qur’an berupa al–Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya."(QS. Yusuf:2).
Sesungguhnya umat Islam di zaman-zaman awal sudah merasakan manfaat yang sangat besar dari bahasa Arab tersebut dan banyak sekali tujuan-tujuan mulia terwujud dengan perantara bahasa Arab. Tidaklah bahasa Arab sebagai bahasa risalah (wahyu) semata dan pada saat tersebutlah umat Islam menjadi umat yang sangat mulia dan sejahtera.
Pada zaman kita banyak sekali perhatian orang-orang Arab dan kaum muslim terhadap belajar dan mengajarnya (bahasa Arab), perhatian umat muslim baik dahulu ataupun sekarang dikarenakan beberapa sebab: yang pertama. Bahasa arab merupakan bagian dari agama islam telah berkata ibnu Tamiyah “Merupakan sesuatu yang sudah diketahui bersama bahwasanya belajar dan mengajarkan bahasa Arab hukumnya fardhu kifayah” dan beliau juga berkata, “Sesungguhnya bahasa Arab merupakan bagian dari agama dan mengetahuinya wajib, karena memahami Al-Qur’an dan sunnah wajib. Dan keduanya tidak dapat dipahami kecuali dengan bahasa Arab dan apa yang suatu kewajiban tidak akan terwujud kecuali dengannya maka sesuatu itu menjadi wajib.”
Ibadah-ibadah baik shalat, do’a, membaca Qur’an serta banyak sekali syi’ar-syi’ar Islam akan terpenuhi dan sempurna dengan mempelajari bahasa Arab.
Yang kedua.  Memahami bahasa Arab menjadikan kita selamat dari syubhat-syubhat dan bid’ah. Imam Syafi’I rahimahullah berkata, “Tidaklah kebodohan dan perbedaan-perbedaan yang terjadi pada manusia (umat muslim) melainkan karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan mereka lebih memilih bahasa Aristoteles (bahasa orang barat).”
Beliau juga berkata, “Tak seorang pun akan mengetahui jelasnya ilmu-ilmu dalam Al Qur’an selama orang itu tidak mengetahui luasnya bahasa Arab, luasnya cakupannya, luasnya masalah dan tingkatannya dan barangsiapa memahaminya maka dia akan selamat dari terkena syubhat seperti yang terjadi pada orang-orang yang tidak memahaminya”.
As-Suyuti rahimahullah berkata, “Sesungguhnya saya telah menemukan orang-orang sebelum Imam Syafi’I, mereka mengisyaratkan seperti yang saya duga bahawa sebab terjadinya bid’ah adalah tidak memahami bahasa Arab.” Hasan Bashri berkata terhadap orang-orang Ahlu Bid’ah,“Yang menghancurkan mereka adalah ketidaktahuan mereka terhadap bahasa Arab.[8]
Oleh karna itu peneliti mengangkat sebuah judul proposal untuk membahas tersebut dengan judul “PEMBELAJARAN BAHASA ARAB” (Studi kasus disekolah SMK Ihsanniat  kelas 1 Rejoagung Ngoro Jombang) dengan harapan tulisan ini memberikan khazanah keilmuan kita khususnya dalam bidang pendidikan. Amin

B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana metode pembelajaran bahasa arab
2.Apa isi/bahan ajar pembelajaran bahasa arab
C. Tujuan          
1.Untuk mengetahui metode pembelajaran bahasa arab
2.Untuk mengetahui isi/bahan ajar pembelajan bahasa arab

D . Kerangka/Landasan Teori
Metode pembelajaran bahasa arab telah mendapatkan perhatian dari pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan penelitian untuk mengetahui efektifitas dan kesuksesan berbagai metode pembelajaran. Hal yang tidak kalah penting untk mendapatkan perhatian juga adalah pendekatan pembelajaran bahsa arab.
Untuk memulai memberikan perhatian pada pendekatan pembelajaran itu adalah dengan berusaha menjelaskan istilah-istilaah yang sering kali berkembang karna kemiripan dan dekatnya hubungan diantara masing-masing istilah berikut ini, yaitu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Untuk menjelaskan ketiga istilah tersebut maka disin diberikan gambaran umum sebelum dijelaskan secara rinci definisi satu persatu. Pendekatan adalah merupakan bingkai umum bagi metode, sedangkan merode adalah bingkai umum bagi teknik serta teknik itu merupakan bentuk pelaksanaan metode yang dipraktikkan bersama-sama dengan pendekatan.[9]   
a.      Pengertian pendekatan
Pengertian pendekatan dalam proses pembelajaran adalah seperangkat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya saling terkait. Asumsi-asumsi ini sangat berhubungan dengan karakter proses pengajaran serta pembelajarannya. Pendekatan juga bisa diartikan dengan cara pandang. Hal ini sangat menentukan arah dan orientasi pembelajaran. Karna pendekatan ini akan menjadi dasar yang bersifat filosofis dalam proses pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya disisni diberikan contoh pendekatan humanistik. Dalm pendekatan ini terdapat asumsi-asumsi kebahasan, diantaranya: bahasa dalah bersifat manusiawi, rumusan-rumusan yang mengundang makna, berbeda dengan bahasa yang satu dengan bahasa yang lain, biasa diungkap sususan bahasanya. Dari asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengajaran bahasa harus emposisikan siswa sebagai manusia yang kreatif tidak seperti botol kosong yang kemudian diisi sesuai dengan sifat bahasa yang manusiawi juga, pengajaran bahasa mendahulukan ketrampilan berbicara daripada menulis. Namun ini tidak berarti bahwa pembicaraan itu lebih penting dipelajari dari pada menulis.
Dari asumsi-asumsi pengajaran kebahasaan yang didasarkan pada asumsi-asumsi kebahasaan itu akan terbentuk bingkai umum bagi sebuah pendekatan yang dari pendekatan ini lahir sebuah metode atau beberapa metode sebagai manifestasi sebuah pendekatan.[10]
b.      Pengertiam metode
Metode secara umum adalah segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik pengajran matematika, kesenian, olah raga, ilmu alam, dan lain sebagainya. Semua proses pengajaran yang baik maupun yang jelek pasti memuat berbagai usaha, memuat berbagai aturan serta didalamnya terdapat sarana dan gaya penyajian. Dan tidak mungkin sebuah prose pengajaran tanpa adanya usaha untuk menyampaikan sesuatu kepada pembelajar.
Oleh sebab itu metode bisa diberi pengertian sebagai sistematika umum bagi pemlihan, penyusunan, serta penyajian materi kebahasan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan itu adalah suatu yang bersifat prinsip filpsofis, sedangkan metode itu adalah suatu yang bersifat praktis. Atau dengan kata lain pendekatan itu sesuai yang abstraak, sedang konkritnya adalah tercermin dalam metode.   
Sebagai salah satu komponen pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar memgajar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya, karna adanya perangsang dari luar. Karna itu metode berfungsi sebagai alat perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seorang.[11]
Dalam penggunaan metode terkadang guru harus menyesuaiakn dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan intruksional adalah pedoman yang mutlak dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskan dengan jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang bagaimana dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang tlah dirumuskan tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali menggunakan suatu metode, karna mereka menyadari bahwa semua metode ada kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan suatu metode lebih cenderung menghasilkan kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajannya tampak kaku. Anak didik terlihat kurang bergaiarah belajar. Kejenuhan dan kemalasan menyelimuti kegiatan belajar anakdidik. Kondisi seperti ini sangat tidak menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti tidak dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar mengajar.
c.       Metode Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagaimana dijelaskan dalam uraian sebelumnya, bahwa metode itu mencakup cara serta sarana untuk menyajikan materi pelajaran, maka ketepatan dalam memilih metode sangat menentukan  keberhasilan penggunaan metode pembelajaran tersebut, oleh karna itu sebelum membahas macam-macam metode pembelajaran bahasa Arab, terlebih dahulu disampaikan tentang hal yang harus dijadikan pertimbangan dalam penggunaan sebuah metode pembelajaran, yaitu sebagai beikut:
1.      Hendaknya metode yang akan digunakan sesuai dengan karakter siswa, tingkat perkembangan akalnya, serta kondisi sosial yang melingkupi kehidupanmereka.
2.      Guru memperhatikan kaidah umum dalam menyampaikan pelajaran sepei kaidah bertahap dari yang mudah ke yang sulit, dari yang sederhan ke yang rumit, dari yang jelas ke yang membutuhkan interpretasi, serta dari yang kongkret ke yang bersifat abstrak.
3.      Mempertimbangkan perbedaan kemampua siswa baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik.
4.      Bisa menciptakan situasu siswa yang kondusif sepanjang tahapan-tahapan pelajaran, sekiranya bisa mengikut sertakan siswa dalam mendapatkan pertanyaan dan menyampaikan jawaban, mengemukakan pikiran dan pengalaman yang lalu, serta menjauhkan hal-hal yang bisa mengakibatkan siswa berpaling dari pelajaran dan mendatangkan kejenuhan.
5.      Menumbuhkan konsentrasi dan motivasi siswa serta membangkitkan sikap kreatif.
6.      Metode yang dipakai bisa menjadikan pembelajaran seperti permainan yang menyenangkan dan aktifitas yang bermanfaat.
7.      Hendaknya metode menganut dasr-dasar pembelajaran, seperti pemberian reward  dan sanksi, latihan, senang dan mampu untuk melakukan sesuatu.[12]  
Setelah kita membahas tentang hal-hal yang menjadikan pertimbangan dalam memilih metode maka pembahasan kita berikutnya adalah tentang metode-metode yang telah berkembang dalam pembelajaran bahasa Arab, yaitu:
1.      Metode nahwu wa tarjamah
Metode ini merupakan metode pembelajaran bahasa asing yang lebih dulu telah berkembang. Dari namanya bisa kita pahami bahwa dalam penerapannya metode ini banyak menekankan pada penggunaan nahwu (tata bahasa) dan praktek penerjemahan dari bahasa dan kedalam bahasa sasaran. Metode ini bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer digunakan dalam pembeelajaran bahasa Asing baik disekolah, pesantren maupun diperguruan tinggi.
      Dalam prakteknya metode nahwu wa tarjamah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.       Pertama-tama para siswa mempelajari kaidah-kaidah nahwu (tata bahasa) dan daftar kosa kata dwibaahsa yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang bersangkutan. Tata bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari dengan pengecualian dan ketidakbiasaan dijelaskan dengan istilah-istilah gramatikal atau ketatabahasaan.
b.      Setelah kaidah-kaidah dan kosa-kata dipelajari, maka ptunjuk-petunjuk bagi bagi penerjemahan latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun diberikan.
c.       Pemahan akan kaidah-kaidah dan bahan bacaan pun diuji melalui terjemahan. Para siswa dikatakan telah dapat mempelajari bahasa tersebut kalau mereka telah dapat menejemahkan paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa dengan baik.
d.      Baha asli/bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk mengalihkan basa sasaran (B1) kebahasa ibu (B2), dan sebaliknya, dengan mengunakan kamus jika diperlukan.
e.       Memang sedikit praktek/latihan untuk menyimak dan berbicara selama penggunaan metode ini, karna lebih memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan terjemahan kebanyakan waktu dikelas digunakan untuk membicarakan mengenai bahasa, dan sedikit waktu yang tesedia untuk menggunakan (berbicara didalam dan dengan) bahasa yang dipelajari.[13] 
Langkah penggunaan metode nahwu wa tarjamahdalam pembelajaran bahasa arab dapat dilakukan sebagai mana berikut:
1.      Mengulang materi mufrodat. Siswa mencatat mufrodat baru pada waktu guru membacakan terjemahan bahasa asli (Arab).
2.      Guru menyuruh sebagian siswa membaca bacaan dalam buku dengan keras. Setelah itu guru membacakan beberapa kalimat dan kemudian memberi kesempatan pada siswa mengulangi bacaan dalam hati.
3.      Para siswa menerrjemahkan kalimat-kalimat dalam bacaan kedalam bahasa terjemahan. Bila dibutuhkan guru membantu siswa yang menemui kesulitan.
4.      Kemudian baru memulai inti pelajaran dengan penjelasan nahwu (tata-bahasa). Kaidah-kaidah diterangkan secara rinci dalam bahsa aslinya (Arab). Para siswa mencatat kaidah-kaidah lengkap dengan penjelasannya, contoh-contohnya serta pengecualiannya dalam buku mereka.
5.      Waktu diakhir pelajaran digunakan untuk mengerjakan tugas tertulis yang ada kaitannya dengan nahwu, dari bahasa arab kebahasa terjemah. Siswa yang belum selesai mengerjakan disuruh menyelesaikan dirumah, dan juga diberi tugas untuk menghafalkan mufrodat baru yang brkaitan dengan pelajaran berikutnya.[14]  
Berikut ini secara singkat kelebihan dan kekukarangan metode mubasyaroh. Kelebihan metode ini adalah:
a.       Mempersiapkan pengetahuan bahasa yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
b.      Cocok dan sesuai bagi tingkat-tingkat linguistik para siswa.
c.       Beberapa penampilan dan pajangan bagi tuntunan spontan.
Sedangkan kekukarangan metode ini adalah:
a.       Hanya dapat diterapkan pada kelompok kecil.
b.      Sukar menyediakan berbagai kegiatan yang menerik dan bersifat situasi sebenarnya didalam kelas.
c.       Sangat membutuhkan guru yang terampil dan fasih.
2.      Metode Muhadasah (bercakap-cakap)  
Pelajaran bahas Arab pertama-tama harus dimulai dengan muhadasah (bercakap-cakap). Sebab tujuan utama dari pengajaran bahasa Arab adalah agar siswa mampu berbicara dalam percakapan sehari-hari dengan berbahsa Arab, baca al-quran dan doa-doa.
Metode muhadatsah yaitu: cara menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata yang semakin banyak.
Dengan demikian maka muhadatsah bila diterapkan sejenak anak didik atau mshasiswa melalui materi pelajarannya maka lama kelamaan seorang siswa dapat menyusun kata-kata dan akhirnya dapat mahir dan paham tentang apa yang diucapkan.  
Langkah-langkah Penggunaan Metode Muhadatsah
1.      Mempersiapkan materi dan menetapkan topik yang akan disajikan secara tertulis.
2.      Materi muhadatsah hendaklah disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan peseerta didik. Sehingga materinya tidak memberatkan mereka dan sesuai dengan kondisi siswa.
3.      Untuk menerik minat siswa, guru disarankan menggunakan alat peraga pada saat penyajian materi, sehingga siswa dapat memahami arti atau makna yang terkandung dalam materi yang disajikan tanpa harus diterjemahkan.
4.      Untuk tingkat lanjutan, guru hanya menentukan topik, dan mengatur jalannya proses pembelajaran, peserta didiklah yang lebih banyak berperan disaat kegiatan berlangsung.
5.      Didalam kelas atau pada saat PMB berlangsung, guru hendaklah selau bebicara menggunakan bahasa Arab.
6.      Apabila masih berlanjut pada materi berikutnya, maka guru sbaikny menetapkan batas-batas materi pelajaran yang hendak disajikan, agar siswa lebih mempersiapkan diri untuk materi erikutnya.[15]
3.      Metode Muthala’ah (Membaca)
Metode mutthola’ah adalah “cara menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca dengan dengan bersuara maupun membaca dalam hati. Melalui metode ini diharapkan para peserta didik ddapat melafalkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab dengan fasih, lancar dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentkan. Dalam hal yang mempehatikan tanda baca, panjang dan pendeknya dan lain-lain.
Langkah-langkah penggunaan metode muthala’ah.
1.      Pendahuluan berupa tes awal untuk mengetahui batas penguasaan materi yang telah dipelajari atau penjajagan, dan appersepsi agar pesertta didik memusatkan perhatian pada materinyang akan disajikan.
2.      Pemberian kosa kata yang dianggap sukar disertai defenisi dan contoh dalam bentuk kalimat.
3.      Sebelum guru membaca materi yang akan dipelajari, terlebih dahulu peseta didik atau siswa disuruh untuk membuka materi bacaannya, dan menyimak bacaan gurunya secara tertib, sesudah itu berikanlah kesempatan kepada mereka untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka pahami dengan baik sehingga mereka benar-benar paham dengan materi tersebut.
4.      Guru menewarkan kepada murid untuk mengulangi materi bacaan yang baru dibaca kemudian guru menunjuk beberapa orang untuk membaca ddengan bersuara, siswa yang lain memperhatikan apa yang dibaca oleh temannya.
5.      Penjelasan singkat tentang tatabahasa yang tedapat dalam bacaan. Hal ini turut membantu siswa dalam memahami isi bacaan.
6.      Diakhir pertemuan, guru memberikan tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat rangkuman dengan bahasa pelajar, atau membuat komentator tentang isi bacaan, atau membuat diagaram, atau yang lainnya. Jika dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas dirumah untuk membaca teks yang akan diberikan pada petemuan selanjutnya.[16]
4.      Metode Imla’
 disebut juga metode dikte, atau metode menulis. Di mana guru membacakan acar pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.
Tujuan Metode Imla’
Adapun tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
·         Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab dengan mahir dan benar
·         Anak-anak didik bukan saja terampil dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetai terampil pula menuliskannya. Dengandemikian pengetahuan anak menjadi inegral. (terpadu)
·         Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian, pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasaarab.
·         Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
·         Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah dipelajari
·         Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa sendiri.
Metode Mengajar Imla’
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,gru hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku tulis mereka masing-masing adapun metode imlak tersebut adalah sebagai beriktu:
1) Memeberikan, apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’. Gunanya adalah  agar perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
·         Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
·         Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan fasih
·         Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jikaperlu semua siswa dapat membaca imla’ tersebut
·         Setelah selesai membca imla’ dari semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
·         Menagdakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami. Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi kesalahan
·         Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
·         Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
·         Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik untuk diperiksa atau dinilai
Dan jika imla’ dilaksanakan dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
·         Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat pada acar imla’
·         Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat, mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
·         Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah sudah benar atau belum imla’nya
·         Guru mengadakan soal jawab mengenai imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara siswa untuk menuliskannya di papan tulis
·         Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
·         Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat kepada anak didik.

Adapun berikut ini adalah beberapa saran dalam menggunakan metode imla’ sebagai berikut :
·         Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya rapi danterang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan kalau imla’ dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembek sehingga tidak diengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’ tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa .
·         Guru janganlah memulai acara imla’, jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan siap menerima imla’ yang akan disajikan.
·         Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara terang dan pelan.
·         Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada siswa dan mejelaskan maksud dari padanya. 
·         Mengadakan evaluasi / post test.[17]
5 . Metode Mubasyaroh
Penekanan pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah. Perlu menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih).
Metode langsung dalam pengajaran bahasa adalah metode yang didasarkan atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasan lisan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya mula-mula diutamakan, sedangkan membaca dan mengarang diberikan kemudian
2. Untuk menjaga hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. maka pemakaian bahasa lain sebagai perantara tidak dilakukan.
3. Penguasaan struktur dan pemakaian bahasa diajarkan secara induktif.
4. Jumlah waktu yang terbanyak diberikan untuk latihan-latihan berbahasa lisan
5. Dalam kelas diciptakan suasana belajar yang menguntungkan.
6. Minat belajar pembelajar harus ditimbulkan dalam pelajaran itu sendiri.
Semua aspek bahasa yang diajarkan dan disinggung tidak dalam bentuk formal. Kata-kata diajarkan dengan langsung menghubungkannya dengan benda-benda, situasi-situasi, pekerjaan pekerjaan yang dilukiskan oleh kata-kata itu. Sejak permulaan pengajaran pembelajar dibiasakan mendengarkan pola-pola, irama dan intonasi bahasa itu dan mereka didorong melakukannya sebanyak mungkin. Bahasa itu diajarkan secara fungsional tanpa memberikan tata bahasa secara formal dan berdiri sendiri. Kata-kata dan pola-pola bahasa itu diajarkan dengan menyajikan gambar-gambar, benda-benda atau tiruan bendanya, dengan mendramatisasikan perbuatan-perbuatan yang terkandung di dalamnya. Jika dirasa perlu, memberikan penjelasan-penjelasan dengan bahasa itu, tanpa bantuan terjemahan atau penjelasan dalam bahasa ibu pembelajar.
Dengan cara demikian, sejak permulaan pengajaran terbentuklah pada pembelajar hubungan yang rapat antara pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan dengan kata-kata dan struktur-struktur bahasa yang diajarkan itu. Sejak permulaan pengajaran pembelajar telah didorong berpikir dalam bahasa itu. Dengan cara demikian paling kurang dalam kelas itu pengajar berusaha menciptakan susasna masyarakat sebagai mana yang terdapat dalam masyarakat bahasa itu. Hal ini sekaligus berarti bahwa pengajar berusaha mengajar pembelajar berbahasa sebagaimana mereka mempelajari bahasa ibunya.
Ciri- Ciri Metode Mubasyarah
Berikut ini adalah ciri-ciri metode langsung:
1. Materi pelajaran terdiri dari kata-kata dan stuktur kalimat yang banyak atau biasa digunakan sehari –hari.
2. Mengajarkan grammar tidak harus menghafalkan kaidah-kaidah gramatika, tetapi dibentuk situasi yang sedemikian rupa dan dipraktekkan secara lisan langsung.
3. Harus banyak menggunakan latihan mendengarkan dan menirukanya secara spontan dengan tujuan agar murid dapat mencapai penguasaan bahasa secara otomatis
4. Aktifitas belajar banyak dibimbing guru langsung praktek dalam kelas, sedangkan di luar kelas murid sudah terbiasa mempratekkanya dengan kawan –kawan setingkat.
5. Sejak awal murid dilatih berfikir dalam bahasa asing
Langkah –Langkah Penyajian Metode Mubasyarah
Sebagai gambaran, untuk mata pelajaran Bahasa Arab penggunaaan metode langsung ini dapat dituturkan sebagai berikut :
1. Guru memulai penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjukkan bendanya atau gambar benda itu. Pelajar menirukan berkali- kali samapai benar pelafalannya dan faham maknanya.
2. Latihan berikutnya brupa tanya jawab dengan kata tanya “ma, hal, aina, dan sebagainya sesuai dengan tingkat kesulitan pelajaran, berkaitan dengan kata kata yang disajikan.
3. Setelah guru yakin bahwa menguasai materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun pemahaman makna, siswa dimainta membuka buku teks. Guru memberikan contoh bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
4. Kegiatan berikutnya adalah menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam buku, dilanjutkan dengan mengajarkanya secara tertulis.
5. Bacaan umum yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya berupa cerita humor, cerita yang mengandung hikmah, dan bacaan yang mengandung ungkapan ungkapan indah. Karena pendek dan menarik, siswa menghafalkanya diluar kepala.
Contoh Materi
الدرس الثانى
سَبّوُرَةٌ مكنسةٌ مسطرةٌ
ممْحاةٌ نافِدَةٌ طلاَسةٌ
هذه مسطرةٌ
تلك طلاَسةٌ
ما هذه ؟ هذه طلاَسة
ما هذه ؟ هذه سَبّوُرَةٌ
أهذِه ممْحاةٌ ؟ نعم، هذِه ممْحاة
أهذِه مكنسةٌ؟ نعم، هذِه مكنسةٌ
 Segi Kelebihan dan Kelemahan Metode Mubasyarah
Kelebihan dari metode mubasyarah adalah :
a. Pelajar terampil menyimak dan berbicara
b. Pelajar menguasai pelafalan dengan baik
c. Pelajar mengetahui banyak kosa kata dan pemakaian
d. Pelajar memiliki keberanian dan spotanitas dalam berkomunikasi
Kelemahan dari Metode mubasyarah Adalah :
a. Tidak semua vokabuler dapat diajarkan dengan cara menghubungkan secara langsung benda, situasi atau pekerjaan yang digambarkannya. Sebagian harus dijelaskan dengan memberikan sinonim, antonim, defmisi, penjelasan-penjelasan atau dalam pemakaiannya.
b. Sangat membutuhkan guru yang fasih dan terampil
c. Tidak bisa dilaksanakan dalam kelas besar
d. Pelajar lemah dalam kemampuan membaca, karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa lisan.
e. Karena model pelatihanya menggunakan tehnik menirukan dan menghafalkan kata atau kalimat, maka metode ini kadang menghadirkan kebosanan[18]

d.      Pengertian strategi/teknik (Uslub)
Sebagaimana telah diketahui pda penjelasan sebelumnya tentang pendekatan dan metode, ketiganya adaklah merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dalam proses pengajaran, maka setelah kita mengetahui pengertian masing-masing dari pengertian pendekatan dan pengertian metode selanjutnya kita akan memahami pengertian teknik dalam pengajaran.
Teknik pengajaran merupakan operasionalisasi metode. Karena itu, teknik pengajaran itu berupa rencana, aturan-aturan, langkah-serta sarana yang dalam praktek akan diperankan dakam proses belajar-mengajar didalam kelas guna mencapai dan merealisasikan tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu rencana, aturan dan langkah-langkah haruslah terkait erat dengan bingkai umumnya ayaiti metode.
Karna teknik itu opeasionalisasi metode, maka akan memuat gaya yang dilakukan guru dalam menyusun pelajaran, seni yang ditampilkan guru dalam proses pengajaran serta sarana dan media dalam berbagai bentuknya yang digunakan oleh guru dalam proses pengajaran.
Pengaturan, penyusuna dan gaya mengajar sangat tergantung pada guru, serta ketrampilan kepribadian guru dalam menelola kelas, karena semua hal ini akan dipengaruhi oleh perbedaan situasi dan kondisi. Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah metode yang terbaik., ini adalah teknik pengajaran yang terbaik yang cocok untuk segala situasi dan kondisi pengajaran. Perbedaan tujuan, perbedaan materi, perbedaan siswa serta perbedaan guru membutuhkan strategi yang berbeda dalam sebuah penerapan metode.[19]
 
e.       Metode Penelitian
A.    Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Suharsimi Arikunto bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan menurut Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Contoh Proposal Skripsi Bahasa Arab.

Dari pengertian di atas, maka penulis dapat mengartikan bahwa populasi merupakan keseluruhan yang menjadi objek penelitian. Jadi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMK Ihsanniat Rejoagung Ngoro Jombang.
2. Sampel

Menurut Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Karena populasi juga merupakan sampel dalam penelitian ini, maka sampel yang digunakan  dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.
B.     Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penelitian. Instrument yang digunakan penulis  dalam pengumpulan data berdasarkan masalah yang diteliti adalah sebagai berikut;  

Daftar angket, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis kepada para responden untuk dijawab sebagai data yang diolah dalam skripsi ini

Pedoman wawancara yaitu; pengumpulan data dengan cara melakukan Tanya jawab langsung dengan responden mengenai hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti  dokumen atau arsip yang berkaitan dengan  masalah yang diteliti.
Observasi, yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan lapangan dan mencatat secara sistematis obyek yang akan diteliti.
C.    Pengumpulan Data.
Dalam penelitian ini ada beberapa tahapan dalam pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Tahapan persiapan
Sebelum mengadakan penelitian di lapangan, penulis terlebih dahulu menentukan responden yang akan menjadi sumber data, setelah itu penulis menyusun instrument atau alat-alat yang digunakan dalam menyimpulkan data seperti angket, wawancara, dokumentasi, dan observasi berdasarkan objek yang diteliti.
2. Tahapan pelaksanaan
Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini guru harus menggunakan metode sebagai berikut:
Penelitian perpustakaan (library research), yaitu:
Penulis mengumpulkan data dengan membaca buku-buku mengkaji literature, karya-karya yang memuat informasi ilmiah yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.

Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
  1. Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip beberapa pendapat secara langsung dari buku-buku, beberapa makna dan kalimat tidak merubah teks aslinya dalam sumber tersebut
  2. Kutipan tidak langsung, yakni; mengumpul data dengan resume bahan yang diuraikan oleh para pakar dengan menambah atua mengurangi kalimatnya namun tidak bertentangan dengan sumber aslinya.
  3. Penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dilapangan dengan cara sebagai berikut:
 Penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dilapangan dengan cara sebagai berikut:
  1. Angket yaitu; pengumpulan data melalui pengedaran daftar pertanyaan secara tertulis kepada para responden untuk memperoleh data tentang pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahasa arab siswa
  2. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan dilakukan secara terpimpin. Wawancara ini untuk memperoleh data tentang pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahasa arab siswa
  3. Dokumetasi yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti dokumentasi atau arsip, juga untuk memperoleh data yang diteliti
  4. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Indicator yang diteliti adalah bagaimana pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahas arab.
f.       Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi pembaca untuk menelaahnya. Secara beruntutan dalam sistematika ini adalah sebagai beikut:
 BAB I Pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian.
BAB II Kajian Pustaka 
BAB III Kerangka/ Landasan Teori.dalam bab kerangka/landasan ini mengemukakan tentang pendekatan, metode pembelajaran bahsa Arab, macam-macam metode, dan strategi (Uslub)
BAB IV Metode Penelitian; terdiri atas Pendekatan Penelitian, Kancah Penelitian, Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian, Subyek Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik Pengumpulan Data, Instrumen Pengumpulan data, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.
BAB V Kesimpulan dan Saran Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.




















DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, Jiogjakarat, Ar- Ruzz Media, 2010
Hermawan Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung,PT Remaja Rodaskarya, 2011
M. Abdul hamid dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,  Dan Media, Malang, Uin Malang Press 2008                                
Bahri Djamarah Syaiful, Aswan Zain, Stategi Belajar mengajar, Jakarta, PT Renek Cipta,2006

                                           




[1] Baharuddin. Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, (jiogjakarat, Ar- Ruzz Media, 2010), hal 226-227.
[2] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2011), hal 32
[3] Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab,  hal 32-33
[4] Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, (yogyakarta, teras, 2011), hal 2
[5] M. Abdul Hamid dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Dan Media, (Malang, Uin Malang Press, 2008), hal 3
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Aswan Zain, Stategi Belajar  Mengajar, (Jakarta, pt reneka cipta, 2006), hal 3
[7]Wa Muna, Metodologi pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal 66-79 
[9] . M. Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, (Malang, UIN Malang Press, 2008 ), hal 1-2
[10] M. Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, hal 2-3

[11] Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Reneka Cipta 2006)  hal 72-73
[12] Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, hal 16- 17


[13]M.  Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, hal 18-19.



[14] M. Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, hal 22-23.
                                                                                                                               
[15]. Wa Muna, Metodologi pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal. 66-68.
[16] Wa Muna, Metodologi pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal 70-71.
[19] Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media, hal 3-4