Rabu, 20 Maret 2013
proposal
PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
(Studi Kasus di SMK Ihsanniat
Rejoagung Ngoro Jombang)
A. LatarBelakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta
didik melalaui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
dimasa yang akan datang. Ahmad D. Marimba, mengatakan bahwa pendidikan adalah
bimbingan secara sadar oleh sipendidik terhadap terhadap perkembangan jasmani
dan ruhani anak didik menuju kepribadian yang utama. Jadi, pendidikan dapat
diartikan sebagi usaha untuk membina kepribadian manusia sesuai dengan
nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan demilian, bagaimanapun
sederhananya suatu peradapan, dalamnya pasti berlangsung apa yang disebut
dengan proses pendidikan.
Di samping karna pendidikan sangat penting baagi umat
manusia, juga pendidikan merupakan bagian terpenting bagi negara maupun
pemerintah. Pada era reformasi ini, pembaruan demi pembaruan selalu diupayakan
agar pendidikan benar-benar memberikan kontribusi yang signifikan dalam usaha
mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan menjadi cita-cita setiap orang yang
mencintai perbaikan karna pendidikan merupakan salah satu media dalam
mengangkat masyarakat dan menyadarkan mereka untuk dapat menuju kebahagiaan dan
kesempuraan kehidupan.
Beberapa perbaikan (perubahan) yang diharapkan dapat
meningkatkan mutu pendidikan adalah dilakuakannya penyempurnaan dibanyak
bidang: kurikulum, proses belajar mengajar, buku-buku pelajaran, metode
evaluasi, dan penyempurnaan proses bimbingan pada siswa yang mengalami
kesulitan belajar. Dengan pembaharuan
sistem pendidikan tersebut, dapat diperoleh hasil pendidikan yang
maksimal.[1]
Didalam pendidikan ada kegiatan pembelajaran yaitu proses
yang identik dengan kegiatan mengajar yang dilakukan guru sebagai arsitek
kegiatan belajar, agar terjadi kegiatan belajar.[2]
Bahaudin, (2007: 116) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah adalah proses untuk
membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Kegitan pembelajaran
tampaknya lebih dari sekedar mengajar, tetapi juga upaya membangkitkan minat,
motivasi, dan pemolesan aktivitas belajar, agar kegiatan mereka menjadi
dinamis.
Jadi pembelajaran
subtansinya adalah kegitan mengajar yang dilakukan secara maksimal oleh seorang
guru agar anak didik yang ia ajar materi tertentu melakukan kegiatan belajar dengan
baik. Dengan kata lain pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh guru dalam
menciptakan kegiatan belajat materi tertentu yang kondusif untuk mencapai
tujuan. Dengan demikian, pembelajaran bahasa asing adalah kegitan mengajar yang
dilakuakan secara maksimal oleh seorang guru agar anak didik yang ia ajar
bahasa asing tertentu melakukan kegiatan belajar dengan baik, sehingga kondusi
untuk mencapai tujuan belajar bahasa asing.
Dalam pembelajaran, terlihat bahwa guru merupakan faktor
yang penting dalam proses pemudahan belajar. Oleh karna itu, akhir-akhir ini
guru itu disebut “pemudah” atau “fasilitator”. Dalam usaha pemudahan ini guru
memerlukan cara-cara (metode) tertentu yang disesuaikan dengan keperluan.[3]
Didasari atau tidak, tujuan guru dalam menyajikan materi
pelajaran adalah mencerdaskan peserta didik dalam mata pelajaran yang
diajarkan. Jika ini telah disadari, maka selayaknya kita puasatkan perhatian
kita kepada pembelajaran. Hal ini ditegaskan, karna dalam kenyataan masih
banyak pengajaran di dalam kelas yang terfokus pada guru. Apabila disepakati
bahwa progam-progam pengajaran bahasa adalah untuk melayani peserta didik, maka
seyogyanyalah difokuskan pada kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Dengan
demikian, analisis kebutuhanpun akan mendapatkan pula dibidang pengajaran.[4]
Mengingat metode pengajran bahasa arab memiliki peran
penting dalam proses pembelajaran, maka menjadi tnggung jawab guru (bahasa
arab) untuk berkreasi mengembangkan, merevolusi atau bahkan menciptakan suatu
metode yang cocok untuk diterapkan semua golongan. Metode secara umum adalah
segala hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik itu pengajaran
matematika, kesenian, ilmu alam, dan lain sebagainya. Semua proses pengajaran
yang baik maupun yang jelek pasti memuat berbagai usaha, memuat berbagai aturan
serta didalamnya terdapat sarana dan gaya penyajian. Dan tidak mungkin sebuah
proses pengajaran tanpa adanya usaha untuk menyampaikan sesuatu kepada
pembelajar.
Oleh sebab itu metode bisa diberi pengertian sebagai
sistematika umum bagi pemilihan, penyusunan, serta penyajian ateri kebahasaan.
Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode, hendaknya tidak terjadi
benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi dasarnya.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan itu adalah sesuatu
yangbersifat prinsip filosifis, sedangkan metode itu adalan sesuatu yang
bersifat praktis. Atau dengan kata lain pendekatan itu sesuatu yang abstrak,
sedangkan kongritnya adalah tercemin dalam metode.[5]
Metode menurut Azhar Arsyad adalah rencana menyeluruh
yang berkenan dengan penyajian materi bahasa secara teratur, tidak ada satu
bagian yang bertentangan dengan yang lain dan semua berdasarkan pendekatan yang
sifatnya procedural.
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan
belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan
ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan
tujuan. Itu berarti tujuan pembeljaran akan dapat dicapai dengan pengguanaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri dalam suatu
tujuan. Metode yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar
bermacm-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar,
jarang ditemukan guru menggunakan suatu metode, tetapi kombinasi dari dua atau
beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan
untukmenggairahkan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah
dengan sadar untuk mencapai tujuan.[6]
Untuk menunbuhkan motivasi dan minat para siswa khususnya
dan umumnya masyarakat indonesia untuk mempelajari bahasa arab, maka diharapkan
para pendukung bahasa arab yang dalam halinni para pengajar bahasa arab untuk
lebih kreatif dalam menciptakan metode-metode yang sesuai dengan kondisi
belajar siswa dan peserta didik pada umumnya. Sehingga dapat menggambarkan
lingkungan budaya belajar (siswa), sehingga bahasa arab tidak dianggap sebagai
bahasa yang sulit dan angker.
Berikut ini akan dipaparkan berbagai metode pengajaran
bahasa arab yaitu: 1) metode
bercakap-cakap (muhadatsah), pembelajaran bahasa arab pertama-tama harus
dimulai dengan bercakap-cakap
(muhadtsah). Sebab tujuan utama dari pengajaran bahasa arab adalah agar siswa
mampuberbicara dalam percakapan sehari- hari dengan berbahasa arab, baca
al-quran dan do’a-do’a. 2) Metode Muthola’ah (membaca) metode ini adalah
cara menyajikan pek-lajaran dengan cara membaca baik membaca dengan bersuara
maupun membaca dalam hati. 3) Metode Imla’ (Metode Mendikte), dalam
metode ini pendidik membacakan pelajaran, dengan menyuruh siswa/peseta didik
menulis dibuku tulis atau catatannya masing-masing. 4) Metode Insya’ (mengarang),
metode ini adlah cara menyajikan bahan pelajaran dengan cara menyuruh siswa
mengarang dalam bahasa Arab, untuk mengungkapkan isi hati, pikiran dan
pengalaman yang dimilikinya. 5) Metode Muhfudzat (menghafal), metode ini
dalah cara menyajikan materi bahasa Arab, dengan jalan menyuruh siswa untuk
menghafal kalimat-kalimat berupa syair, cerita, kata-kata hikmah dan lain-lain
yang menarik hati. Metode ini difokuskan pada penguasaan kosa kata dan
memperbanyak perbendaharaan kosa kata. 6) Metode Qowaid (Nahwu Shorof),
metode ini dalam bahas Arab searti dengan tata bahasa. Nahwu merupakan
kaidah-kaidah bahasa yang lahir setelah adanya bahasa. Kaidah-kaidah ini lahir
karna adanya kesalahan-kesalahan dalam penggunaan bahasa. Oleh sebab itu, nahwu
itu dipelajari agar pengguna bahasa manpu menyampaikan ungkapan bahasa dan
mampu memahaminya dengan benar baik dalam bentuk tulisan (membaca menulis
dengan benar) mampu dalam bentuk ucapan (bicara dengan benar).[7]
Pentingnya dalam mempelajari bahasa arab. Sesungguhnya Allah swt telah
memilih bahasa Arab sebagai bahasa penutup
risalah-Nya (wahyu-Nya). Hal ini telah dijelaskan dalam ayat Al-Qur’an dalam
banyak tempat dan secara jelas bahwasanya risalah-Nya yang terakhir diturunkan
dalam bahasa Arab. Allah subhanahu wa ta’alaberfirman, “Sesungguhnya
Kami menurunkannya berupa al–Qur’an berupa al–Qur’an dengan berbahasa Arab,
agar kamu memahaminya."(QS. Yusuf:2).
Sesungguhnya umat Islam di zaman-zaman awal sudah merasakan manfaat yang
sangat besar dari bahasa Arab tersebut dan banyak sekali tujuan-tujuan mulia
terwujud dengan perantara bahasa Arab. Tidaklah bahasa Arab sebagai bahasa
risalah (wahyu) semata dan pada saat tersebutlah umat Islam menjadi umat yang
sangat mulia dan sejahtera.
Pada zaman kita banyak sekali perhatian orang-orang Arab dan kaum muslim
terhadap belajar dan mengajarnya (bahasa Arab), perhatian umat muslim baik
dahulu ataupun sekarang dikarenakan beberapa sebab: yang pertama. Bahasa arab
merupakan bagian dari agama islam telah berkata ibnu Tamiyah “Merupakan
sesuatu yang sudah diketahui bersama bahwasanya belajar dan mengajarkan bahasa
Arab hukumnya fardhu kifayah” dan beliau juga berkata, “Sesungguhnya
bahasa Arab merupakan bagian dari agama dan mengetahuinya wajib, karena
memahami Al-Qur’an dan sunnah wajib. Dan keduanya tidak dapat dipahami kecuali
dengan bahasa Arab dan apa yang suatu kewajiban tidak akan terwujud kecuali
dengannya maka sesuatu itu menjadi wajib.”
Ibadah-ibadah baik shalat, do’a, membaca Qur’an serta banyak sekali
syi’ar-syi’ar Islam akan terpenuhi dan sempurna dengan mempelajari bahasa Arab.
Yang kedua. Memahami bahasa Arab
menjadikan kita selamat dari syubhat-syubhat dan bid’ah. Imam Syafi’I rahimahullah berkata, “Tidaklah
kebodohan dan perbedaan-perbedaan yang terjadi pada manusia (umat muslim)
melainkan karena mereka meninggalkan bahasa Arab dan mereka lebih memilih
bahasa Aristoteles (bahasa orang barat).”
Beliau juga berkata, “Tak
seorang pun akan mengetahui jelasnya ilmu-ilmu dalam Al Qur’an selama orang itu
tidak mengetahui luasnya bahasa Arab, luasnya cakupannya, luasnya masalah dan
tingkatannya dan barangsiapa memahaminya maka dia akan selamat dari terkena
syubhat seperti yang terjadi pada orang-orang yang tidak memahaminya”.
As-Suyuti rahimahullah berkata, “Sesungguhnya saya
telah menemukan orang-orang sebelum Imam Syafi’I, mereka mengisyaratkan seperti
yang saya duga bahawa sebab terjadinya bid’ah adalah tidak memahami bahasa
Arab.” Hasan Bashri berkata terhadap orang-orang Ahlu Bid’ah,“Yang
menghancurkan mereka adalah ketidaktahuan mereka terhadap bahasa Arab.[8]
Oleh karna itu peneliti mengangkat sebuah judul proposal
untuk membahas tersebut dengan judul “PEMBELAJARAN BAHASA ARAB” (Studi kasus disekolah SMK Ihsanniat
kelas 1 Rejoagung Ngoro Jombang) dengan
harapan tulisan ini memberikan khazanah keilmuan kita khususnya dalam bidang
pendidikan. Amin
B. Rumusan Masalah
1. Bagai mana metode pembelajaran
bahasa arab
2.Apa isi/bahan ajar pembelajaran
bahasa arab
C. Tujuan
1.Untuk mengetahui metode pembelajaran
bahasa arab
2.Untuk mengetahui isi/bahan ajar
pembelajan bahasa arab
D . Kerangka/Landasan Teori
Metode pembelajaran bahasa arab telah mendapatkan
perhatian dari pakar pembelajaran bahasa dengan melakukan berbagai kajian dan
penelitian untuk mengetahui efektifitas dan kesuksesan berbagai metode
pembelajaran. Hal yang tidak kalah penting untk mendapatkan perhatian juga
adalah pendekatan pembelajaran bahsa arab.
Untuk memulai memberikan perhatian pada pendekatan
pembelajaran itu adalah dengan berusaha menjelaskan istilah-istilaah yang
sering kali berkembang karna kemiripan dan dekatnya hubungan diantara masing-masing
istilah berikut ini, yaitu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Untuk
menjelaskan ketiga istilah tersebut maka disin diberikan gambaran umum sebelum
dijelaskan secara rinci definisi satu persatu. Pendekatan adalah merupakan
bingkai umum bagi metode, sedangkan merode adalah bingkai umum bagi teknik
serta teknik itu merupakan bentuk pelaksanaan metode yang dipraktikkan
bersama-sama dengan pendekatan.[9]
a. Pengertian
pendekatan
Pengertian pendekatan dalam proses
pembelajaran adalah seperangkat asumsi-asumsi yang antara satu dan lainnya
saling terkait. Asumsi-asumsi ini sangat berhubungan dengan karakter proses
pengajaran serta pembelajarannya. Pendekatan juga bisa diartikan dengan cara
pandang. Hal ini sangat menentukan arah dan orientasi pembelajaran. Karna
pendekatan ini akan menjadi dasar yang bersifat filosofis dalam proses
pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya disisni
diberikan contoh pendekatan humanistik. Dalm pendekatan ini terdapat
asumsi-asumsi kebahasan, diantaranya: bahasa dalah bersifat manusiawi,
rumusan-rumusan yang mengundang makna, berbeda dengan bahasa yang satu dengan
bahasa yang lain, biasa diungkap sususan bahasanya. Dari asumsi-asumsi tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pengajaran bahasa harus emposisikan siswa
sebagai manusia yang kreatif tidak seperti botol kosong yang kemudian diisi
sesuai dengan sifat bahasa yang manusiawi juga, pengajaran bahasa mendahulukan
ketrampilan berbicara daripada menulis. Namun ini tidak berarti bahwa
pembicaraan itu lebih penting dipelajari dari pada menulis.
Dari asumsi-asumsi pengajaran
kebahasaan yang didasarkan pada asumsi-asumsi kebahasaan itu akan terbentuk
bingkai umum bagi sebuah pendekatan yang dari pendekatan ini lahir sebuah
metode atau beberapa metode sebagai manifestasi sebuah pendekatan.[10]
b. Pengertiam
metode
Metode secara umum adalah segala
hal yang termuat dalam setiap proses pengajaran, baik pengajran matematika,
kesenian, olah raga, ilmu alam, dan lain sebagainya. Semua proses pengajaran
yang baik maupun yang jelek pasti memuat berbagai usaha, memuat berbagai aturan
serta didalamnya terdapat sarana dan gaya penyajian. Dan tidak mungkin sebuah
prose pengajaran tanpa adanya usaha untuk menyampaikan sesuatu kepada
pembelajar.
Oleh sebab itu metode bisa diberi
pengertian sebagai sistematika umum bagi pemlihan, penyusunan, serta penyajian
materi kebahasan. Serta yang harus diperhatikan dalam menentukan metode,
hendaknya tidak terjadi benturan antara metode dengan pendekatan yang menjadi
dasarnya.
Untuk lebih jelasnya, pendekatan
itu adalah suatu yang bersifat prinsip filpsofis, sedangkan metode itu adalah
suatu yang bersifat praktis. Atau dengan kata lain pendekatan itu sesuai yang
abstraak, sedang konkritnya adalah tercermin dalam metode.
Sebagai salah satu komponen
pengajaran, metode menempati peranan yang tidak kalah pentingnya dari komponen
lainnya dalam kegiatan belajar mengajar. Tidak ada satupun kegiatan belajar
mengajar yang tidak menggunakan metode pengajaran. Ini berarti guru memahami
benar kedudukan metode sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan belajar
memgajar. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya,
karna adanya perangsang dari luar. Karna itu metode berfungsi sebagai alat
perangsang dari luar yang dapat membangkitkan belajar seorang.[11]
Dalam penggunaan metode terkadang
guru harus menyesuaiakn dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak
mempengaruhi penggunaan metode. Tujuan intruksional adalah pedoman yang mutlak
dalam pemilihan metode. Dalam perumusan tujuan, guru perlu merumuskan dengan
jelas dan dapat diukur. Dengan begitu mudahlah bagi guru menentukan metode yang
bagaimana dipilih guna menunjang pencapaian tujuan yang tlah dirumuskan
tersebut.
Dalam mengajar, guru jarang sekali
menggunakan suatu metode, karna mereka menyadari bahwa semua metode ada
kebaikan dan kelemahannya. Penggunaan suatu metode lebih cenderung menghasilkan
kegiatan belajar mengajar yang membosankan bagi anak didik. Jalan pengajannya tampak
kaku. Anak didik terlihat kurang bergaiarah belajar. Kejenuhan dan kemalasan
menyelimuti kegiatan belajar anakdidik. Kondisi seperti ini sangat tidak
menguntungkan bagi guru dan anak didik. Guru mendapatkan kegagalan dalam
menyampaikan pesan-pesan keilmuan dan anak didik dirugikan. Ini berarti tidak
dapat difungsikan oleh guru sebagai alat motivasi ekstrinsik dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Metode
Pembelajaran Bahasa Arab
Sebagaimana dijelaskan dalam
uraian sebelumnya, bahwa metode itu mencakup cara serta sarana untuk menyajikan
materi pelajaran, maka ketepatan dalam memilih metode sangat menentukan keberhasilan penggunaan metode pembelajaran
tersebut, oleh karna itu sebelum membahas macam-macam metode pembelajaran
bahasa Arab, terlebih dahulu disampaikan tentang hal yang harus dijadikan
pertimbangan dalam penggunaan sebuah metode pembelajaran, yaitu sebagai beikut:
1. Hendaknya metode yang akan
digunakan sesuai dengan karakter siswa, tingkat perkembangan akalnya, serta
kondisi sosial yang melingkupi kehidupanmereka.
2. Guru memperhatikan kaidah umum
dalam menyampaikan pelajaran sepei kaidah bertahap dari yang mudah ke yang
sulit, dari yang sederhan ke yang rumit, dari yang jelas ke yang membutuhkan
interpretasi, serta dari yang kongkret ke yang bersifat abstrak.
3. Mempertimbangkan perbedaan
kemampua siswa baik aspek kognitif, efektif maupun psikomotorik.
4. Bisa menciptakan situasu siswa
yang kondusif sepanjang tahapan-tahapan pelajaran, sekiranya bisa mengikut
sertakan siswa dalam mendapatkan pertanyaan dan menyampaikan jawaban,
mengemukakan pikiran dan pengalaman yang lalu, serta menjauhkan hal-hal yang
bisa mengakibatkan siswa berpaling dari pelajaran dan mendatangkan kejenuhan.
5. Menumbuhkan konsentrasi dan
motivasi siswa serta membangkitkan sikap kreatif.
6. Metode yang dipakai bisa
menjadikan pembelajaran seperti permainan yang menyenangkan dan aktifitas yang
bermanfaat.
7. Hendaknya metode menganut
dasr-dasar pembelajaran, seperti pemberian reward dan sanksi, latihan, senang dan mampu untuk
melakukan sesuatu.[12]
Setelah kita membahas tentang
hal-hal yang menjadikan pertimbangan dalam memilih metode maka pembahasan kita
berikutnya adalah tentang metode-metode yang telah berkembang dalam
pembelajaran bahasa Arab, yaitu:
1. Metode
nahwu wa tarjamah
Metode ini merupakan metode pembelajaran bahasa asing
yang lebih dulu telah berkembang. Dari namanya bisa kita pahami bahwa dalam
penerapannya metode ini banyak menekankan pada penggunaan nahwu (tata bahasa)
dan praktek penerjemahan dari bahasa dan kedalam bahasa sasaran. Metode ini
bahkan harus kita akui sebagai metode yang paling populer digunakan dalam
pembeelajaran bahasa Asing baik disekolah, pesantren maupun diperguruan tinggi.
Dalam
prakteknya metode nahwu wa tarjamah mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Pertama-tama para siswa
mempelajari kaidah-kaidah nahwu (tata bahasa) dan daftar kosa kata dwibaahsa
yang berkaitan erat dengan bahan bacaan pada pelajaran yang bersangkutan. Tata
bahasa dipelajari secara deduktif dengan bantuan penjelasan-penjelasan yang
panjang serta terperinci. Segala kaidah dipelajari dengan pengecualian dan
ketidakbiasaan dijelaskan dengan istilah-istilah gramatikal atau
ketatabahasaan.
b. Setelah kaidah-kaidah dan
kosa-kata dipelajari, maka ptunjuk-petunjuk bagi bagi penerjemahan
latihan-latihan yang mengikuti penjelasan-penjelasan ketatabahasaan pun
diberikan.
c. Pemahan akan kaidah-kaidah dan
bahan bacaan pun diuji melalui terjemahan. Para siswa dikatakan telah dapat
mempelajari bahasa tersebut kalau mereka telah dapat menejemahkan
paragraf-paragraf atau bagian-bagian prosa dengan baik.
d. Baha asli/bahasa ibu dan bahasa
sasaran dibandingkan secara konstan. Tujuan pembelajaran adalah untuk
mengalihkan basa sasaran (B1) kebahasa ibu (B2), dan sebaliknya, dengan
mengunakan kamus jika diperlukan.
e. Memang sedikit praktek/latihan
untuk menyimak dan berbicara selama penggunaan metode ini, karna lebih
memusatkan perhatian pada latihan-latihan membaca dan terjemahan kebanyakan
waktu dikelas digunakan untuk membicarakan mengenai bahasa, dan sedikit waktu
yang tesedia untuk menggunakan (berbicara didalam dan dengan) bahasa yang
dipelajari.[13]
Langkah penggunaan metode nahwu wa tarjamahdalam
pembelajaran bahasa arab dapat dilakukan sebagai mana berikut:
1. Mengulang materi mufrodat.
Siswa mencatat mufrodat baru pada waktu guru membacakan terjemahan
bahasa asli (Arab).
2. Guru menyuruh sebagian siswa
membaca bacaan dalam buku dengan keras. Setelah itu guru membacakan beberapa
kalimat dan kemudian memberi kesempatan pada siswa mengulangi bacaan dalam
hati.
3. Para siswa menerrjemahkan
kalimat-kalimat dalam bacaan kedalam bahasa terjemahan. Bila dibutuhkan guru
membantu siswa yang menemui kesulitan.
4. Kemudian baru memulai inti
pelajaran dengan penjelasan nahwu (tata-bahasa). Kaidah-kaidah diterangkan
secara rinci dalam bahsa aslinya (Arab). Para siswa mencatat kaidah-kaidah
lengkap dengan penjelasannya, contoh-contohnya serta pengecualiannya dalam buku
mereka.
5. Waktu diakhir pelajaran digunakan
untuk mengerjakan tugas tertulis yang ada kaitannya dengan nahwu, dari bahasa
arab kebahasa terjemah. Siswa yang belum selesai mengerjakan disuruh
menyelesaikan dirumah, dan juga diberi tugas untuk menghafalkan mufrodat baru
yang brkaitan dengan pelajaran berikutnya.[14]
Berikut ini secara singkat
kelebihan dan kekukarangan metode mubasyaroh. Kelebihan metode ini
adalah:
a. Mempersiapkan pengetahuan bahasa
yang bermanfaat bagi ujaran dalam konteks.
b. Cocok dan sesuai bagi tingkat-tingkat
linguistik para siswa.
c. Beberapa penampilan dan pajangan
bagi tuntunan spontan.
Sedangkan kekukarangan metode ini
adalah:
a. Hanya dapat diterapkan pada
kelompok kecil.
b. Sukar menyediakan berbagai
kegiatan yang menerik dan bersifat situasi sebenarnya didalam kelas.
c. Sangat membutuhkan guru yang
terampil dan fasih.
2. Metode
Muhadasah (bercakap-cakap)
Pelajaran bahas Arab pertama-tama harus dimulai dengan muhadasah
(bercakap-cakap). Sebab tujuan utama dari pengajaran bahasa Arab adalah agar
siswa mampu berbicara dalam percakapan sehari-hari dengan berbahsa Arab, baca
al-quran dan doa-doa.
Metode muhadatsah yaitu: cara
menyajikan bahan pelajaran bahasa Arab melalui percakapan, dalam percakapan itu
dapat terjadi antara guru dan murid dan antara murid dengan murid, sambil
menambah dan terus memperkaya perbendaharaan kata-kata yang semakin banyak.
Dengan demikian maka muhadatsah bila
diterapkan sejenak anak didik atau mshasiswa melalui materi pelajarannya maka
lama kelamaan seorang siswa dapat menyusun kata-kata dan akhirnya dapat mahir
dan paham tentang apa yang diucapkan.
Langkah-langkah Penggunaan Metode Muhadatsah
1. Mempersiapkan materi dan
menetapkan topik yang akan disajikan secara tertulis.
2. Materi muhadatsah hendaklah
disesuaikan dengan taraf perkembangan dan kemampuan peseerta didik. Sehingga
materinya tidak memberatkan mereka dan sesuai dengan kondisi siswa.
3. Untuk menerik minat siswa, guru
disarankan menggunakan alat peraga pada saat penyajian materi, sehingga siswa
dapat memahami arti atau makna yang terkandung dalam materi yang disajikan
tanpa harus diterjemahkan.
4. Untuk tingkat lanjutan, guru hanya
menentukan topik, dan mengatur jalannya proses pembelajaran, peserta didiklah
yang lebih banyak berperan disaat kegiatan berlangsung.
5. Didalam kelas atau pada saat PMB
berlangsung, guru hendaklah selau bebicara menggunakan bahasa Arab.
6. Apabila masih berlanjut pada
materi berikutnya, maka guru sbaikny menetapkan batas-batas materi pelajaran
yang hendak disajikan, agar siswa lebih mempersiapkan diri untuk materi
erikutnya.[15]
3. Metode
Muthala’ah (Membaca)
Metode mutthola’ah adalah “cara
menyajikan pelajaran dengan cara membaca baik membaca dengan dengan bersuara
maupun membaca dalam hati. Melalui metode ini diharapkan para peserta didik
ddapat melafalkan kata-kata dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab dengan fasih,
lancar dan benar sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah ditentkan. Dalam hal
yang mempehatikan tanda baca, panjang dan pendeknya dan lain-lain.
Langkah-langkah penggunaan metode
muthala’ah.
1. Pendahuluan berupa tes awal untuk
mengetahui batas penguasaan materi yang telah dipelajari atau penjajagan, dan
appersepsi agar pesertta didik memusatkan perhatian pada materinyang akan
disajikan.
2. Pemberian kosa kata yang dianggap
sukar disertai defenisi dan contoh dalam bentuk kalimat.
3. Sebelum guru membaca materi yang
akan dipelajari, terlebih dahulu peseta didik atau siswa disuruh untuk membuka
materi bacaannya, dan menyimak bacaan gurunya secara tertib, sesudah itu
berikanlah kesempatan kepada mereka untuk menanyakan hal-hal yang belum mereka
pahami dengan baik sehingga mereka benar-benar paham dengan materi tersebut.
4. Guru menewarkan kepada murid untuk
mengulangi materi bacaan yang baru dibaca kemudian guru menunjuk beberapa orang
untuk membaca ddengan bersuara, siswa yang lain memperhatikan apa yang dibaca
oleh temannya.
5. Penjelasan singkat tentang
tatabahasa yang tedapat dalam bacaan. Hal ini turut membantu siswa dalam
memahami isi bacaan.
6. Diakhir pertemuan, guru memberikan
tugas kepada para pelajar tentang isi bacaan, misalnya: membuat rangkuman
dengan bahasa pelajar, atau membuat komentator tentang isi bacaan, atau membuat
diagaram, atau yang lainnya. Jika dipandang perlu, guru dapat memberikan tugas
dirumah untuk membaca teks yang akan diberikan pada petemuan selanjutnya.[16]
4.
Metode Imla’
disebut juga metode dikte, atau metode
menulis. Di mana guru membacakan acar pelajaran, dengan menyuruh siswa untuk
mendikte / menulis di buku tulis. Dan imla’ dapat pula berlaku, dimana guru
menuliskan materi pelajaran imla’ di papan tulis, dan setelah selesai
diperlihatkan kepada siswa. Maka materi imla’ tersebut kemudian dihapus, dan
menyuruh siswa untuk menuliskannya kembali di buku tulisnya.
Tujuan Metode Imla’
Adapun
tujuan pengajaran imla’ ini adalah sebagai berikut :
·
Agar anak didik dapat menuliskan kata-kata dan kalimat dalam bahasa Arab
dengan mahir dan benar
·
Anak-anak didik bukan saja terampil
dalam membaca huruf-huruf dan kalimat-kalimat dalam bahasa Arab, akan tetai
terampil pula menuliskannya. Dengandemikian pengetahuan anak menjadi inegral.
(terpadu)
·
Melatih semua panca indera anak didik menjadi aktif. Baik itu perhatian,
pendengaran, pengelihatan maupun pengucapan terlatih dalam bahasaarab.
·
Menumbuhkan agar menulis Arab dengan tulisan indah dan rapi
·
Menguji pengetahuan murud-murid tentang penulisan kata-kata yang telah
dipelajari
·
Memudahkan murid mengarang dalam bahasa Arab dengan memakai gaya bahasa
sendiri.
Metode Mengajar Imla’
Pada dasarnya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam pengajaran imla’ di
kelas. Yakni dengan cara mengimla’kan materi pelajaran itu di papan tulis dan
murid mencatat / menuliskannya di buku tulis. Kemudian imla’ dengan cara,gru
hanya membacakan materi pelajaran itu, kemudian murid menuliskannya di buku
tulis mereka masing-masing adapun metode imlak tersebut adalah sebagai beriktu:
1) Memeberikan, apersepsi terlebih dahulu, sebelum memulai imla’.
Gunanya adalah agar
perhatian anak didik terpusat kepada pelajaran yang akan dimulai.
2) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
2) Jika imla’ dilakukan dengan cara menuliskan materi imla’ maka langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
·
Guru menuliskan materi pelajaran di papan tulis dengan tulisan yang menarik
·
Membacakan materi pelajaran imla’ yang telah ditulis itu secara pelan dan
fasih
·
Setelah guru membacakan imla’, maka suruhlah di antara mereka untuk
membacakan acara imla’ hingga benar dan fasih. Jikaperlu semua siswa dapat
membaca imla’ tersebut
·
Setelah selesai membca imla’ dari
semua siswa, maka guru menyuruh mereka untuk mencatatnya di buku tulis
·
Menagdakan soal jawab, hal-hal yang dianggap belum dimengerti dan dipahami.
Dan kemudian mengulangi sekali lagi bacaan tersebut hingga tidak ada lagi
kesalahan
·
Menuliskan kata-kata sulit serta ikhtisar dari materi imla’
·
Guru menyuruh semua siswa untuk mencatat / menulis imla’ didepan papan
tulis itu ke dalam buku tulis mereka masing-masing, dengan benar dan rapi.
·
Setelah selesai imla’, guru mengumpulkan catatan imla’ semua anak didik
untuk diperiksa atau dinilai
Dan jika imla’ dilaksanakan
dengan cara : Guru membacakan materi pelajaran imla’ itu kepada siswa, maka
langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :
·
Mengadakan apersepsi terlebih dahulu, agar perhatian siswa semua terpusat
pada acar imla’
·
Guru memulai mendikte acara imla’ secara terang / jelas, dan tidak terlalu
cepat, apakah itu dengan cara sebagian-sebagian atau dengan membacakan secara
keseluruhan. Dan murid melalui perhatiannya dan pendengarannya yang cermat,
mencatatnya pada buku tulis mereka masing-masing
·
Mengumpulkan semua catatan imla’ siswa, untuk kemudian diperiksa, apakah
sudah benar atau belum imla’nya
·
Guru mengadakan soal jawab mengenai
imla’ yang baru saja dikerjakan itu, dan kemudian menyuruh salah satu diantara
siswa untuk menuliskannya di papan tulis
·
Guru membetulkan imla’ secara keseluruhan, dan dapat menjelaskan kembali
mengenai kalimat yang belum dipahami oleh siswa
·
Akhirilah pengajaran dengan memberi berbagai petunjuk dan nasihat-nasihat
kepada anak didik.
Adapun berikut ini adalah beberapa
saran dalam menggunakan metode imla’ sebagai berikut :
·
Jika imla’ dengan cara menuliskan di papan tulis, maka tulisan hendaknya
rapi danterang, yang dapat dibaca oleh semua anak didik. Dan kalau imla’
dilakukan dengan cara guru membacakan, maka hendaknya bacaan imla’ dibacakan
dengan suara yang lantang (terang), jangan terlalu lembek sehingga tidak
diengar murid yang duduk di belakang. Jadi bacakanlah acara pelajaran imla’
tersebut dengan tenang tidak tergesa-gesa .
·
Guru janganlah memulai acara imla’,
jika suasana kelas belum ditertibkan, sehingga siswa benar-benar dalam keadaan
siap menerima imla’ yang akan disajikan.
·
Mulailah acara imla’ jika siswa telah dalam keadaan siap, bacakanlah secara
terang dan pelan.
·
Adakanlah soal jawab dan diskusi mengenai materi imla’ tersebut kepada
siswa dan mejelaskan maksud dari padanya.
5 . Metode
Mubasyaroh
Penekanan
pada metode ini adalah pada latihan percakapan terus-menerus antara guru dan
peserta didik dengan menggunakan bahasa Arab tanpa sedikitpun menggunakan
bahasa ibu, baik dalam menjelaskan makna kosa kata maupun menerjemah. Perlu
menjadi bahan revisi disini adalah bahwa dalam metode langsung, bahasa Arab
menjadi bahasa pengantar dalam pengajaran dengan menekankan pada aspek
penuturan yang benar ( al – Nutqu al – Shahiih).
Metode langsung dalam pengajaran bahasa adalah metode yang didasarkan atas
prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Tujuan pengajaran yang ingin dicapai adalah penguasaan dan pengembangan
rasa bahasa yang naluriah yang berakar dalam hubungan langsung antara
pengalaman dan ekspresi. Rasa bahasa ini bersumber pada bahasan lisan. Oleh
karena itu dalam pelaksanaannya mula-mula diutamakan, sedangkan membaca dan
mengarang diberikan kemudian
2. Untuk menjaga hubungan langsung antara pengalaman dan ekspresi. maka
pemakaian bahasa lain sebagai perantara tidak dilakukan.
3. Penguasaan struktur dan pemakaian bahasa diajarkan secara induktif.
4. Jumlah waktu yang terbanyak diberikan untuk latihan-latihan berbahasa lisan
5. Dalam kelas diciptakan suasana belajar yang menguntungkan.
6. Minat belajar pembelajar harus ditimbulkan dalam pelajaran itu sendiri.
Semua aspek bahasa yang diajarkan dan disinggung tidak dalam bentuk formal.
Kata-kata diajarkan dengan langsung menghubungkannya dengan benda-benda,
situasi-situasi, pekerjaan pekerjaan yang dilukiskan oleh kata-kata itu. Sejak
permulaan pengajaran pembelajar dibiasakan mendengarkan pola-pola, irama dan
intonasi bahasa itu dan mereka didorong melakukannya sebanyak mungkin. Bahasa
itu diajarkan secara fungsional tanpa memberikan tata bahasa secara formal dan
berdiri sendiri. Kata-kata dan pola-pola bahasa itu diajarkan dengan menyajikan
gambar-gambar, benda-benda atau tiruan bendanya, dengan mendramatisasikan
perbuatan-perbuatan yang terkandung di dalamnya. Jika dirasa perlu, memberikan
penjelasan-penjelasan dengan bahasa itu, tanpa bantuan terjemahan atau
penjelasan dalam bahasa ibu pembelajar.
Dengan cara demikian, sejak permulaan pengajaran terbentuklah pada
pembelajar hubungan yang rapat antara pengertian-pengertian dan gagasan-gagasan
dengan kata-kata dan struktur-struktur bahasa yang diajarkan itu. Sejak
permulaan pengajaran pembelajar telah didorong berpikir dalam bahasa itu.
Dengan cara demikian paling kurang dalam kelas itu pengajar berusaha
menciptakan susasna masyarakat sebagai mana yang terdapat dalam masyarakat
bahasa itu. Hal ini sekaligus berarti bahwa pengajar berusaha mengajar
pembelajar berbahasa sebagaimana mereka mempelajari bahasa ibunya.
Ciri- Ciri
Metode Mubasyarah
Berikut ini
adalah ciri-ciri metode langsung:
1. Materi
pelajaran terdiri dari kata-kata dan stuktur kalimat yang banyak atau biasa
digunakan sehari –hari.
2. Mengajarkan
grammar tidak harus menghafalkan kaidah-kaidah gramatika, tetapi dibentuk
situasi yang sedemikian rupa dan dipraktekkan secara lisan langsung.
3. Harus banyak
menggunakan latihan mendengarkan dan menirukanya secara spontan dengan tujuan
agar murid dapat mencapai penguasaan bahasa secara otomatis
4. Aktifitas
belajar banyak dibimbing guru langsung praktek dalam kelas, sedangkan di luar
kelas murid sudah terbiasa mempratekkanya dengan kawan –kawan setingkat.
5. Sejak awal
murid dilatih berfikir dalam bahasa asing
Langkah –Langkah Penyajian
Metode Mubasyarah
Sebagai
gambaran, untuk mata pelajaran Bahasa Arab penggunaaan metode langsung ini
dapat dituturkan sebagai berikut :
1. Guru memulai
penyajian materi secara lisan, mengucapkan satu kata dengan menunjukkan
bendanya atau gambar benda itu. Pelajar menirukan berkali- kali samapai benar
pelafalannya dan faham maknanya.
2. Latihan
berikutnya brupa tanya jawab dengan kata tanya “ma, hal, aina, dan
sebagainya sesuai dengan tingkat kesulitan pelajaran, berkaitan dengan kata
kata yang disajikan.
3. Setelah guru
yakin bahwa menguasai materi yang disajikan, baik dalam pelafalan maupun
pemahaman makna, siswa dimainta membuka buku teks. Guru memberikan contoh
bacaan yang benar kemudian siswa diminta membaca secara bergantian.
4. Kegiatan
berikutnya adalah menjawab secara lisan pertanyaan atau latihan yang ada dalam
buku, dilanjutkan dengan mengajarkanya secara tertulis.
5. Bacaan umum
yang sesuai dengan tingkatan siswa diberikan sebagai tambahan, misalnya berupa
cerita humor, cerita yang mengandung hikmah, dan bacaan yang mengandung
ungkapan ungkapan indah. Karena pendek dan menarik, siswa menghafalkanya diluar
kepala.
Contoh Materi
الدرس الثانى
سَبّوُرَةٌ
مكنسةٌ مسطرةٌ
ممْحاةٌ
نافِدَةٌ طلاَسةٌ
هذه مسطرةٌ
تلك طلاَسةٌ
ما هذه ؟ هذه
طلاَسة
ما هذه ؟ هذه
سَبّوُرَةٌ
أهذِه
ممْحاةٌ ؟ نعم، هذِه ممْحاة
أهذِه
مكنسةٌ؟ نعم، هذِه مكنسةٌ
Segi Kelebihan dan Kelemahan Metode Mubasyarah
Kelebihan dari metode mubasyarah adalah :
a. Pelajar
terampil menyimak dan berbicara
b. Pelajar
menguasai pelafalan dengan baik
c. Pelajar
mengetahui banyak kosa kata dan pemakaian
d. Pelajar
memiliki keberanian dan spotanitas dalam berkomunikasi
Kelemahan dari Metode mubasyarah Adalah :
a. Tidak semua vokabuler dapat diajarkan dengan cara menghubungkan secara
langsung benda, situasi atau pekerjaan yang digambarkannya. Sebagian harus
dijelaskan dengan memberikan sinonim, antonim, defmisi, penjelasan-penjelasan
atau dalam pemakaiannya.
b. Sangat
membutuhkan guru yang fasih dan terampil
c. Tidak bisa
dilaksanakan dalam kelas besar
d. Pelajar
lemah dalam kemampuan membaca, karena materi dan latihan ditekankan pada bahasa
lisan.
e. Karena model
pelatihanya menggunakan tehnik menirukan dan menghafalkan kata atau kalimat,
maka metode ini kadang menghadirkan kebosanan[18]
d. Pengertian
strategi/teknik (Uslub)
Sebagaimana telah diketahui pda
penjelasan sebelumnya tentang pendekatan dan metode, ketiganya adaklah
merupakan rangkaian yang tidak terpisahkan dalam proses pengajaran, maka
setelah kita mengetahui pengertian masing-masing dari pengertian pendekatan dan
pengertian metode selanjutnya kita akan memahami pengertian teknik dalam
pengajaran.
Teknik pengajaran merupakan
operasionalisasi metode. Karena itu, teknik pengajaran itu berupa rencana,
aturan-aturan, langkah-serta sarana yang dalam praktek akan diperankan dakam
proses belajar-mengajar didalam kelas guna mencapai dan merealisasikan tujuan
pembelajaran. Oleh sebab itu rencana, aturan dan langkah-langkah haruslah
terkait erat dengan bingkai umumnya ayaiti metode.
Karna teknik itu opeasionalisasi
metode, maka akan memuat gaya yang dilakukan guru dalam menyusun pelajaran,
seni yang ditampilkan guru dalam proses pengajaran serta sarana dan media dalam
berbagai bentuknya yang digunakan oleh guru dalam proses pengajaran.
Pengaturan, penyusuna dan gaya
mengajar sangat tergantung pada guru, serta ketrampilan kepribadian guru dalam
menelola kelas, karena semua hal ini akan dipengaruhi oleh perbedaan situasi
dan kondisi. Oleh sebab itu tidak bisa dikatakan bahwa ini adalah metode yang
terbaik., ini adalah teknik pengajaran yang terbaik yang cocok untuk segala
situasi dan kondisi pengajaran. Perbedaan tujuan, perbedaan materi, perbedaan
siswa serta perbedaan guru membutuhkan strategi yang berbeda dalam sebuah
penerapan metode.[19]
e. Metode
Penelitian
A. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi
Arikunto bahwa populasi adalah keseluruhan objek penelitian. Sedangkan menurut
Sugiyono populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Contoh Proposal
Skripsi Bahasa Arab.
Dari
pengertian di atas, maka penulis dapat mengartikan bahwa populasi merupakan
keseluruhan yang menjadi objek penelitian. Jadi yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMK Ihsanniat Rejoagung Ngoro
Jombang.
2. Sampel
Menurut
Sugiyono sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Karena populasi juga merupakan sampel dalam penelitian ini,
maka sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel jenuh.
B. Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penelitian.
Instrument yang digunakan penulis dalam pengumpulan data berdasarkan
masalah yang diteliti adalah sebagai berikut;
Daftar
angket, yaitu daftar pertanyaan secara tertulis kepada para responden untuk
dijawab sebagai data yang diolah dalam skripsi ini
Pedoman wawancara yaitu; pengumpulan
data dengan cara melakukan Tanya jawab langsung dengan responden mengenai
hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti
Dokumentasi,
yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti dokumen atau arsip yang
berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Observasi,
yaitu pengumpulan data dengan cara pengamatan lapangan dan mencatat secara
sistematis obyek yang akan diteliti.
C.
Pengumpulan Data.
Dalam
penelitian ini ada beberapa tahapan dalam pengumpulan data yaitu sebagai
berikut:
1. Tahapan
persiapan
Sebelum
mengadakan penelitian di lapangan, penulis terlebih dahulu menentukan responden
yang akan menjadi sumber data, setelah itu penulis menyusun instrument atau
alat-alat yang digunakan dalam menyimpulkan data seperti angket, wawancara,
dokumentasi, dan observasi berdasarkan objek yang diteliti.
2. Tahapan
pelaksanaan
Untuk
mengumpulkan data dalam penelitian ini guru harus menggunakan metode sebagai
berikut:
Penelitian perpustakaan (library research), yaitu:
Penulis mengumpulkan data dengan
membaca buku-buku mengkaji literature, karya-karya yang memuat informasi ilmiah
yang berkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
Adapun teknik yang digunakan dalam
penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut:
- Kutipan langsung, yaitu penulis mengutip beberapa pendapat secara langsung dari buku-buku, beberapa makna dan kalimat tidak merubah teks aslinya dalam sumber tersebut
- Kutipan tidak langsung, yakni; mengumpul data dengan resume bahan yang diuraikan oleh para pakar dengan menambah atua mengurangi kalimatnya namun tidak bertentangan dengan sumber aslinya.
- Penelitian lapangan (field research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dilapangan dengan cara sebagai berikut:
Penelitian lapangan (field
research), yaitu pengumpulan data yang dilakukan dilapangan dengan cara sebagai
berikut:
- Angket yaitu; pengumpulan data melalui pengedaran daftar pertanyaan secara tertulis kepada para responden untuk memperoleh data tentang pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahasa arab siswa
- Wawancara yaitu pengumpulan data dengan dilakukan secara terpimpin. Wawancara ini untuk memperoleh data tentang pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahasa arab siswa
- Dokumetasi yaitu pengumpulan data dengan cara meneliti dokumentasi atau arsip, juga untuk memperoleh data yang diteliti
- Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. Indicator yang diteliti adalah bagaimana pengaruh kepribadian guru terhadap minat belajar bahas arab.
f. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan
rangkuman sementara dari sisi skripsi, yakni suatu gambaran tentang isi skripsi
secara keseluruhan dan dari sistematika itulah dapat dijadikan satu arahan bagi
pembaca untuk menelaahnya. Secara beruntutan dalam sistematika ini adalah
sebagai beikut:
BAB I Pendahuluan. Dalam bab pendahuluan ini dikemukakan tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian.
BAB II Kajian Pustaka
BAB III Kerangka/ Landasan
Teori.dalam bab kerangka/landasan ini mengemukakan tentang pendekatan, metode
pembelajaran bahsa Arab, macam-macam metode, dan strategi (Uslub)
BAB IV Metode Penelitian; terdiri
atas Pendekatan Penelitian, Kancah Penelitian, Metode Penelitian dan Rancangan
Siklus Penelitian, Subyek Penelitian, Prosedur Penelitian, Teknik Pengumpulan
Data, Instrumen Pengumpulan data, Teknik Pengumpulan data, dan Analisis Data.
BAB V Kesimpulan dan Saran Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan sebagai hasil dari
penelitian dan dilanjutkan dengan saran-saran yang sekiranya dapat dijadikan
bahan pemikiran bagi yang berkepentingan.
DAFTAR PUSTAKA
Baharuddin. Pendidikan Dan
Psikologi Perkembangan, Jiogjakarat, Ar- Ruzz Media, 2010
Hermawan Acep, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, Bandung,PT Remaja Rodaskarya, 2011
M. Abdul hamid dkk, Pembelajaran
Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Dan Media, Malang, Uin Malang Press 2008
Bahri Djamarah Syaiful, Aswan
Zain, Stategi Belajar mengajar, Jakarta, PT Renek Cipta,2006
[1] Baharuddin.
Pendidikan Dan Psikologi Perkembangan, (jiogjakarat, Ar- Ruzz Media, 2010),
hal 226-227.
[2] Acep Hermawan,
Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya,
2011), hal 32
[3]
Acep Hermawan, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab, hal 32-33
[4] Wa Muna, Metodologi
Pembelajaran Bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, (yogyakarta, teras, 2011), hal
2
[5] M. Abdul Hamid
dkk, Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, Dan
Media, (Malang, Uin Malang Press, 2008), hal 3
[6] Syaiful Bahri Djamarah,
Aswan Zain, Stategi Belajar Mengajar,
(Jakarta, pt reneka cipta, 2006), hal 3
[7]Wa Muna, Metodologi
pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal 66-79
[9] . M. Abdul
Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,
dan Media, (Malang, UIN Malang Press, 2008 ), hal 1-2
[10] M. Abdul
Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,
dan Media, hal 2-3
[11]
Syaiful Bahri
Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar (Jakarta, PT Reneka
Cipta 2006) hal 72-73
[12]
Abdul Hamid,
dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media,
hal 16- 17
[13]M.
Abdul Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode,
Strategi, Materi, dan Media, hal 18-19.
[14]
M. Abdul
Hamid, dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi,
dan Media, hal 22-23.
[15]. Wa Muna, Metodologi
pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal. 66-68.
[16]
Wa Muna, Metodologi
pembelajaran bahasa Arab Teori Dan Aplikasi, hal 70-71.
[19]
Abdul Hamid,
dkk Pembelajaran Bahasa Arab Pendekatan, Metode, Strategi, Materi, dan Media,
hal 3-4
Langganan:
Postingan (Atom)